QRIS Pungky

QRIS Pungky--DISWAY

Saya sendiri, kala itu, sama: D-dimer saya naik sampai 6000 –padahal level maksimalnya 500.

Pungky punya komorbid yang terlihat oleh siapa pun: berat badannya hampir 110 kg. Itu pun sudah turun dari sebelumnya: 120 kg.

BACA JUGA:Asli ITB

"Kami memang keluarga kelas berat," ujar Adi Sulistyo, adik Pungky. "Ayah, kakak-kakak dan saya sendiri kelebihan berat badan," tambah Adi.

Saya telepon Adi dini hari kemarin pagi. Tidak diangkat. Ternyata ia yang balik telepon saya. "Maafkan tadi saya masih salat subuh," katanya.

Adi juga bergerak di keuangan. Ia menjadi salah satu eksekutif di bank asing di Jakarta. "Kami sering diskusi soal keuangan," ujar Adi. "Sebagai regulator Mas Pungky sering bertanya praktik yang terjadi di sektor riil ke saya," ujarnya.

Kakak beradik ini sangat bersaudara. Sering telponan dan saling mengajak bertemu. Sehari sebelum meninggal pun Pungky masih mengajaknya olahraga bersama: jalan pagi. Sambil diskusi. Pun di pagi sebelum meninggal. Ia masih mengajak Adi untuk mencapai 10.000 langkah.

Setelah itu Pungky siap-siap bekerja: masih WFH. Sehari penuh ia di depan komputer. Juga online dan by phone. Pungky, kata Adi, orangnya berjiwa keras. Semua pekerjaan harus beres.

Pukul 4 sore, Pungky mengikuti perkembangan keadaan di layar TV. Di sofa di rumahnya itu ia terkulai. Sendirian. Meninggal dunia: 5 Januari 2021.

Kalau Anda bertanya pada orang-orang Bank Indonesia siapa Pungky, jawabnya akan seragam: pejuang QRIS.

Tahun 2021 adalah tahun duka bagi keluarga Pungky. Enam bulan setelah itu ayahnya meninggal dunia. Satu minggu kemudian kakak Pungky juga meninggal dunia. Lalu ibunya. Empat orang meninggal dalam satu keluarga di tahun yang sama.

Kini Adi tinggal dua bersaudara. Istri Pungky sendiri seorang konsultan, hidup sehat bersama dua putrinyi: dua-duanyi alumnus Universitas Indonesia. Yang sulung jadi dokter (calon spesialis), yang bungsu sarjana hukum. "Beberapa hari sebelum meninggal Mas Pungky seperti menitipkan dua putrinyi itu untuk ditinggal pergi," ujar Adi.

Tentu QRIS lahir jauh setelah sistem pembayaran digital di Tiongkok. Setidaknya QRIS tergolong lebih cepat terlaksana dari misalnya Jepang atau pun Amerika. Sampai-sampai Amerika menjadikan QRIS sebagai salah satu alasan untuk ''menghukum'' Indonesia dengan tarif impor 42 persen itu.

Dengan QRIS Indonesia bisa sekali dayung tiga pulau tercapai: salah satunya keuangan yang inklusi. Dengan QRIS hilanglah kasta-kasta di masyarakat. Dulu rakyat kecil tidak bisa melakukan pembayaran digital. Hanya elite yang punya kartu kredit. Kini kaki lima pun bisa bertransaksi dengan cara yang sama dengan pedagang Ferrari.

"Mas Pungky selalu mengajak diskusi soal inklusi dalam sistem keuangan," ujar Adi, sarjana teknik elektro ITB.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan