Musim Hujan Akan Tiba? Petani di Kepahiang Diminta Waspada Hama dan Penyakit Jamur Bakteri Patogen
Salah satu lahan pertanian di Kabupaten Kepahiang --YUS/RK
Radarkoran.com-Diperkiraan puncak musim hujan akan berlangsung November 2025 hingga Februari 2026, ini berdasarkan informasi terbaru dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Dengan itupula, Dinas Pertanian Kabupaten Kepahiang melalui BPP Kabawetan menyarankan, para petani lebih selektif dalam bercocok tanam saat menghadapi musim hujan yang akan tiba.
Khusus tanaman perkebunan, memasuki musim hujan merupakan jadwal tanam, biasanya dalam periode Oktober hingga Maret.
"Secara konteks dalam berapa bulan ini, kita harus menanam kalau tidak ada gangguan misalnya cuaca ekstrim, kalau tidak itu akan beresiko," kata Kordinator Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) BPP Kecamatan Kabawetan, Husni Mulyanto, SP, pada Minggu 2 November 2025.
BACA JUGA:Cuaca Ekstrem di Kabupaten Kepahiang: Waspada Penyakit Flu dan Batuk Menyerang
Menurut Husni, pada musim hujan ketersediaan air melimpah. Oleh karena itu Dinas Pertanian menyarankan petani untuk menanam khususnya komoditas sayuran dan jagung serta padi.
"Disisi lain kita juga harus lebih selektif dalam memilih apa yang akan ditanam, jangan sampai salah karena itu beresiko. Bahkan cenderung merugi. Padi, bayam, kangkung, itu semua termasuk tanaman yang cocok pada musim ini, jadi manfaatkan musim hujan ini untuk menanam pangan lokal saja cukup," sarannya.
Selain itu, petani diminta siap dengan resiko serangan hama. Kelembaban udara yang tinggi, disertai kadar nitrogen melimpah menyebabkan jamur dan bakteri berkembang biak dengan pesat.
BACA JUGA:BPP Salurkan Bantuan Bibit Padi ke Kelompok Tani di Kecamatan Kabawetan
"Penyakit tanaman di musim penghujan itu hampir semuanya disebabkan oleh cendawan atau jamur dan bakteri Patogen," jelasnya
Lanjut Husni, untuk itu pengendalian hama penyakit harus menerapkan metode pengamatan, untuk mengetahui ada tidaknya serangan hama penyakit, luas areanya berapa, dan lokasinya dimana, dengan metode pengamatan tujuannya mencari opsi apakah kasus serangan hama masih di bawah ambang toleransi atau di atas ambang toleransi.
BACA JUGA: Dukung Ketahanan Pangan, BPP Kabawetan Tanam Padi Bersama Polsek Kabawetan
"Kalau hasilnya masih di bawah ambang toleransi dan ringan-ringan saja itu tidak usah dikendalikan, itu sudah biasa dan akan menjadi sebuah ekosistem, setiap hama juga perlu makhluk lain yang nantinya akan menjadi keseimbangan ekosistem," tutupnya.