Sejarah Kebun Teh Kabawetan Kepahiang (Bagian I), Dibuka Saat Pemerintahan Belanda
KEBUN TEH : Wisata Kebun Teh Kabawetan yang sekarang menjadi objek wisata unggulan Kabupaten Kepahiang--EPRAN/RK
"Termasuk orang tua saya langsung dari Jawa berangkat ke Kepahiang menjadi buruh guna membuka hutan di Kabawetan dibawah kepemimpinan penjajah Belanda," ungkap Kakek Tujah sembari memperlihatkan sejumlah dokumen yang ia miliki semasa hidupnya terkait asal - usual Kebun Teh Kabawetan beberapa tahun silam.
Sembari mengingat masa lalunya, ia terus bercerita kepada Radarkoran.com ketika itu. Dengan sejumlah masyarakat yang mayoritas berasal dari Jawa membuka lahan seluas 2500 hektar dan akhirnya selama 30 tahun lahan yang sekarang ini dinamakan Kecamatan Kabawetan terbuka dengan bersih.
"Setelah semua hutan yang tadinya masih hutan belentara suah terbuka licin dan bersih. Penjajah Belanda menyarankan untuk ditanami atau ditaburi oleh bibit teh dan sejumlah tumbuhan lainnya di sekitaran lahan yang seluas 2500 hektar tersebut. Akhirnya setelah 3 tahun bibit teh yang telah ditaburi di lokasi tumbuh dan sudah bisa dipetik," lanjutnya.
Melihat kondisi tanaman teh yang sudah berumur 3 tahun dan sudah bisa dipanen. Penjajah Belanda berinsiatif untuk merintis dan membuka parbrik penggilingan teh. Sejak adanya pabrik teh sejak itupula terus menerus pabrik teh yang didirikan Belanda itu dioperasikan.
BACA JUGA:Liburan Tahun Baru 2024, Kebun Teh Kabawetan Masih jadi Primadona
"Sepengatahuan saya dan yang saya ceritakan juga berasal dari cerita orang tua saya. Ketika itu pabrik teh dinamakan TO Kabwetan dan masih dibawah kepemimpinan penjajah Belanda hingga akhirnya tahun 1930 Belanda meninggalkan Indonesia," sambung kakek Tujah.
Pada masa itu, lanjutnya, selain berkebun teh di lokasi juga ditanami sejumlah tanaman lainnya. Seperti Kopi, Karet, Jagung dan sejumlah tanaman lainnya. Tahun 1930 silam itu Setelah Belanda keluar dari Indonesia dan masuklah penjajahan Jepang.
"Selama pemerintahan Belanda hasil bumi Kabupaten Kepahiang banyak yang didapat. Selain hasil perkebunan teh dan tumbuhan lainnya terdapat juga tambang emas yang ketika itu di kelola oleh penjajah Belanda dan dikirim ke luar Indonesia," lanjut dia.
Tahun 1930 silam, setelah Belanda keluar dari Indonesia, masuklah penjajahan Jepang. Adanya transisi penjajahan dari Belanda ke Jepang, ketika itu penjajah Belanda menggali beberapa lubang di kawasan Kabawetan untuk menguburkan emas yang didapat dari hasil selama ini.
Selain itu, penjajah belanda juga membuatkan peta titik-titik emas yang di kubur di dalam lobang yang sudah digali, dengan tujuan supaya bisa diingatkan di kemudian hari.
"Dalam proses penggalian lubang penjajah Belanda mempekerjakan masyarakat Indonesia. Dalam prosesnya, ada juga masyarakat yang menggali lubang di kubur hidup-hidup bersama emas-emas yang didapat. Mengapa emas-emas dikbur, panjajah Belanda tidak mau menyerahkan begitu saja barang-barang hasil pemerintahannya kepada Jepang," lanjut kakek Tujah.
Saat transisi penjajahan tersebut, juga merupakan penderitaan bagi masyarakat Indonesia yang berada di wilayah perkebunan teh Kabawetan. Bagaimana tidak, sampai kakek Tujah, selain melakukan penguburan emas termasuk penggali lubangnya sejumlah rumah yang sebelumnya dibangun oleh penjajahan Belanda juga dibakar secara besar-besaran.
"Selain rumah yang dibakar, kendaraan yang selama ini telah dioperasikan oleh penjajahan Belanda juga dibakar. Memang di masa itu penderitaan bagi warga Indonesia yang tinggal di perkebunan teh Kabawetan," lanjut kakek Tujah lagi.
BACA JUGA:Pedagang Sayur Musiman di Tengah Hamparan Kebun Teh Kabawetan
Sejumlah rumah yang sebelumnya dibangun di lokasi Kebun Teh Kabawetan dibakar, tapi untuk kebun teh dan tanaman lainnya seperti Kopi tidak dilakukan pemusnahan. Sehingga tanaman perkebunan tehnya dibiarkan begitu saja.