Sejarah Kebun Teh Kabawetan Kepahiang (Bagian II), Indonesia Merdeka dan Hasil Kebun Teh Bisa Dinikmati

KEBUN : Kebun Teh Kabawetan yang sekarang menjadi icon wisata Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu.--EPRAN/RK

Radarkoran.com - Setelah selesai dijajah oleh negara Belanda, hingga akhirnya dijajah Negara Jepang tibalah saatnya Indonesia Merdeka Tahun 1945. Kemerdekaan negara Indonesia dirasakan oleh warga Indonesia yang berada di wilayah perkebunan teh Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. Saatnya Indonesia Merdeka tahun 1945 dan memproklamasikan kemerdekaannya dan ketika itu Jepang telah pergi dari Indonesia. 

Ditinggalkan Jepang, tanaman yang ditanam sebelumnya seperti, kebun teh dan tanaman jenis lainnya dimanfaatkan oleh masyarakat Kabawetan. Masyarakat Kabawetan sendiri yang melakukan perawatannya, hingga akhirnya memetik hasil sendiri. 

"Indonesia telah Merdeka baik dari penjajahan Belanda maupun penjajahan Jepang. Sementara tanaman hasil bumi yang selama ini ditanam penjajah dengan menggunakan tenaga kerja Indonesia bisa dinikmati sendiri oleh warga Indonesia yang berada di Kabawetan," sambung kakek Tujah. 

Tapi memang, lanjut kakek Tujah, walupun sudah merdeka tahun 1950 Belanda kembali masuk ke Kabupaten Kepahiang tepatnya di perkebunan Teh. Karena mengingat sebelumnya benda-benda berharga yang dikubur masih banyak di Kabupaten Kepahiang tepatnya di Kecamatan Kabawetan.

BACA JUGA:Sejarah Kebun Teh Kabawetan Kepahiang (Bagian I), Dibuka Saat Pemerintahan Belanda

1945 Indonesia merdeka dan walaupun sudah merdeka terjadinya gerakan PKI. Sejak tahun 1945, 1956, 1947, 1948, 1949 dan hingga ke 1950. 

Ketika itu, kenang kakek Tujah, rentang waktu 5 tahun dirinya sempat berperang dan menjadi budak atau tahanan PKI. Karena ketika itu PKI meminta data kepada perusahaan teh untuk nama-nama yang sebelumnya menjadi pekerja diperusahaan teh tersebut.

"Beberapa tahun tersebut saya bersama beberapa masyarakat Kabawetan lainnya menjadi budak. Untuk kehidupan masyarakat ketika itu sejumlah tanaman seperti teh, kopi dan tanaman lainnya masyarakat sendiri yang memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hingga akhirnya rentang waktu 5 tahun berakhir atau PKI berakhir dan Belanda kembali masuk," lanjut kakek Tujah. 

Masuknya kembali Belanda ke Indonesia tepatnya di wilayah perkebunan teh Kabawetan dengan tujuan untuk menggarap kembali lahan yang sebelumnya ditanam oleh penjajah belanda. Tahun 1950 Belanda sepakat dengan masyarakat Kabawetan akan kembali untuk mengelola perkebunan teh yang telah digarap di masanya terdahulu. 

Selain melakukan garapan terhadap kebun teh, masyarakat dibangunkan rumah-rumah seperti sebelumnya serta masyarakat diberikan bantuan 9 bahan pokok oleh Belanda. 

"Karena ketika itu harta karun emas yang dikubur masih banyak, maka uang yang didapat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tercukupi. Hingga akhirnya masyarakat meminta tabahan dengan total 16 bahan pokok dan itu juga disanggupi oleh Belanda," cerita kakek Tujah sembari mengingat cerita masa lalu tersebut.

BACA JUGA:Rest Area Kebun Teh Kabawetan, Gratis Healing Tipis-tipis Melihat Sunset dan Sunrise di Atas Hammock

Singkat cerita, Tahun 1955 Belanda pergi dari Kabawetan Kepahiang. Tapi sebelum Belanda pergi dari Kabawetan Kepahiang, masyarakat juga menuntut penambahan kembali bahan pokok. Dari sebelumnya 9, menjadi 16 dan menuntut lagi sebanyak 36 bahan pokok. Ketika itu, masyarakat yang menuntut pesangon 36 bahan pokok tersebut mulai bergejolak di pertengahan tahuan 1955. 

"Hingga akhirnya Belanda benar-benar pergi dan saat kepergian Belanda itu masyarakat Kabawetan Kepahiang diberikan pesangon. Ketika itu juga, pabrik Teh di Kabawetan masih dinamakan TO Kabawetan," kata kakek Tujah. (Bersambung)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan