23 Warga Jadi Korban Gigitan HPR, Ini Penjelasan Distan Kepahiang Soal Penerapan Perda HPR

PERDA: Dinas Pertanian ungkap Perda HPR sudah mulai dijalankan--JIMMY/RK
Radarkoran.com - Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu ikut serta menanggapi soal 23 warga Kabupaten Kepahiang yang belakangan ini dikabarkan menjadi korban gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) jenis anjing gila. Menurutnya untuk meminimalisir penyebaran virus rabies di Kabupaten Kepahiang ini, seluruh masyarakat yang memiliki hewan peliharaan tergolong HPR, agar segera melakukan vaksinasi terhadap peliharaannya.
Disebutkan Kepala Distan Kepahiang, Ir. Taufik, saat ini Pemkab Kepahiang sudah menerima bantuan berupa 4.000 vial vaksin HPR dari pemerintah pusat. Bahkan Taufik memastikan, ribuan vial vaksin HPR tersebut sudah tiba di Kabupaten Kepahiang dan saat ini sudah siap untuk digunakan. Ribuan HPR ini sendiri, dapat digunakan sebagai upaya Pemkab Kepahiang untuk melindungi populasi hewan peliharaan dan mengurangi risiko penularan penyakit Rabies kepada manusia.
"Iya saya sudah dapat juga informasinya, ada 23 warga kita yang dalam tahun ini sudah menjadi korban gigitan HPR. Untuk diketahui kalau beberapa waktu lalu, kita sudah mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat sebanyak 4 ribu vial vaksin, maka dari itu kami imbau agar seluruh pemilik hewan peliharaan, agar segera melakukan vaksinasi terhadap peliharaannya," ujar Taufik.
Disinggung terkait Perda nomor 1 tahun 2024, tentang penanggulangan penyakit rabies, Taufik mengatakan bahwa Perda tersebut saat ini sudah mulai dijalankan. Hanya saja lantaran Perda ini masih bersifat baru, maka pihaknya sejauh ini baru melakukan sebatas sosialisasi saja kepada masyarakat Kabupaten Kepahiang.
"Perda nya sudah ada, tapi sejauh ini baru sebatas sosialisasi saja, karena Perda ini juga masih tergolong baru," sambungnya.
BACA JUGA:Soal Dana Parpol 2025, Ini Kata Kesbangpol Kepahiang
Dalam Perda tersebut, Pemkab Kepahiang memiliki kewenangan dalam melakukan penanggulangan penyakit rabies diantaranya meliputi, melakukan pemantauan, diagnosa, pencegahan, pengamanan, pemberantasan dan pelaporan rabies, melakukan pengawasan pemeliharaan HPR, melakukan penutupan dan pencabutan daerah wabah rabies dalam daerah, melakukan pengawasan pemasukan HPR ke dalam wilayah, melakukan pengawasan pengeluaran HPR dari dalam ke luar daerah, serta melakukan pendepopulasian dan eliminasi HPR.
Sementara itu pada Perda tersebut pula, telah diatur berupa sanksi aministratif terhadap setiap orang atau badan hukum yang melanggar peredaran komersial dan non komersial HPR dapat dikenakan sanksi berupa, peringatan tertulis, penghentian sementara kegiatan, penutupan lokasi, pencabutan izin, pembatalan izin bahkan hingga denda.
"Sembari menjalankan sosialisasi, kita juga sudah mulai menegakkan Perda ini sejak pertamakali diberlakukan oleh Pemkab Kepahiang," jelasnya.
Sebelumnya diberitakan bahwa, tahun 2025 ini baru berjalan selama 43 hari saja, namun sepanjang tahun ini berlangsung, sudah ada 23 warga Kabupaten Kepahiang yang menjadi korban gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) jenis anjing gila. Ini diungkapkan langsung oleh Kepala Dinkes Kabupaten Kepahiang, H. Tajri Fauzan, S.KM, M.Si melalui Kabid P2, Wisnu Irawan, M.Si, pada Kamis 13 Februari 2025.
Disebutkan Wisnu, sepanjang periode Januari berlangsung, sudah ada 21 warga Kabupaten Kepahiang yang menjadi korban gigitan HPR atau gigitan anjing gila. Sementara pada periode Februrari 2025 yang baru berjalan 13 hari ini, sudah ada 2 orang lagi yang ikut menjadi korban gigitan HPR tersebut. Dengan demikian jika ditotal, artinya sepanjang tahun ini sudah ada 23 korban gigitan HPR atau anjing gila di Kabupaten Kepahiang ini.
"Sepanjang tahun ini sudah ada 23 orang yang menjadi korban gigitan HPR atau anjing gila. Untuk periode Januari adalah yang terbanyak dengan jumlah total 21 korban, sementara bulan ini sudah ada penambahan 2 orang lagi," ujar Wisnu.
Menurut Wisnu, angka ini diperoleh atas dasar laporan dari sejumlah Faskes seperti puskesmas dan juga RSUD Kepahiang saja. Sementara itu, tidak menutup kemungkinan bahwa sebetulnya korban gigitan anjing gila ini, lebih dari angka yang disebutkan.