Tanda Kiamat Terlihat Jelas di Kopi Brasil, RI Tinggal Tunggu Waktu?

Senin 30 Sep 2024 - 09:17 WIB
Reporter : Suhay Putra
Editor : Eko Hatmono

Radarkoran.com - Langit Brazil tak lagi ramah. Dahan-dahan kopi yang dulu penuh bunga, kini meranggas di bawah sinar matahari yang menyengat. Kekeringan yang melanda negeri penghasil kopi terbesar dunia ini telah memicu lonjakan harga kopi dan gula hingga ke level tertinggi.

Di pasar dunia, harga kopi arabika melonjak mencapai rekor 13 tahun terakhir, dan harga gula mentah mencetak kenaikan tertinggi dalam tujuh bulan terakhir. Sinyal cuaca buruk dari Brazil menggema ke seluruh pelosok dunia, termasuk ke Indonesia, produsen kopi yang nasibnya mulai bergetar oleh dampak perubahan iklim global.

Merujuk data Refinitiv, harga kopi Arabika dalam sepekan melesat 7,3 persen ke US$ 269,1/Lbs. Sepanjang tahun ini harga kopi sudah terbang 43 persen.

Indonesia, dengan kebun kopi dari Aceh hingga Papua, juga tak terhindar dari gejolak ini. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kopi Indonesia turun dari 771 ribu ton pada 2022 menjadi 756,1 ribu ton pada 2023.

Penurunan ini menggemakan sinyal bahaya di sektor kopi nasional, yang selama ini menjadi tulang punggung jutaan petani. Perubahan iklim yang ekstrem, serangan hama, serta kurangnya peremajaan tanaman membuat produksi kopi Indonesia perlahan-lahan merosot.

BACA JUGA:Rasa Kopi Robusta yang Kuat Tergantung Daerah Penghasil

Sementara itu, para petani yang masih bertahan di tengah situasi sulit ini mendapatkan angin segar dari kenaikan harga. Namun, di balik itu, pelaku industri pengolahan kopi menghadapi tantangan besar: kenaikan biaya produksi yang tidak terhindarkan.

Di sisi lain dunia, Vietnam, rival utama Indonesia dalam produksi kopi robusta mengalami cuaca yang lebih bersahabat tahun ini. Meskipun demikian, dampak cuaca buruk sebelumnya masih terasa pada pasokan yang sedikit tertahan. 

Meski demikian, peningkatan produksi di Vietnam diprediksi akan membantu menstabilkan harga arabika yang meroket akibat gangguan di Brazil.

Brazil dan Vietnam memang menjadi dua raksasa kopi dunia, namun apa yang terjadi di Brazil membawa getaran hebat ke seluruh dunia, termasuk di Vietnam dan Indonesia.

Sementara itu, data ekspor kopi juga menunjukkan penurunan yang cukup signifikan. Pada 2023, volume ekspor kopi turun drastis menjadi 276.335,2 ton dari 433.881,1 ton pada tahun sebelumnya.

Meskipun terjadi penurunan volume, nilai ekspor atau FOB (Free on Board) tetap tinggi, mencapai US$ 916,5 juta atau sekitar Ep 14,19 triliun. Hal ini mencerminkan lonjakan harga kopi di pasar internasional sebagai dampak dari terbatasnya pasokan akibat penurunan produksi.

BACA JUGA:Ekspor ke 4 Negara, Kopi Bengkulu Tembus Pasar Internasional, Apa Iya?

Bagi 1,86 juta keluarga petani kopi di Indonesia, kekeringan di Brazil mungkin tampak jauh, namun dampaknya sangat nyata. Kopi yang mereka hasilkan kini menjadi semakin mahal, tapi tidak semua petani bisa menikmati hasilnya.

Dengan produktivitas yang hanya 780 kg per hektar, Indonesia tertinggal jauh dari Brazil yang mampu menghasilkan 7.000 kg per hektar dan Vietnam dengan 3.500 kg per hektar. Rendahnya produktivitas ini menggarisbawahi urgensi perbaikan infrastruktur pertanian dan regenerasi tanaman kopi.

Kategori :