BACAKORAN RK - Ternyata bukan hanya membunuh warga sipil dan anak-anak, namun tentara zionis israel juga rampok jutaan dolar Amerika dari toko-toko di tepi barat Palestina. Perampokan dilakukan tentara israel saat melakukan penyerangan ke Ramllah dan kota lainnya.
Penyerbuan ke Tepi Barat Palestina merupakan salah satu operasi terbesar Israel dan merampok kurang lebih 2.5 Juta dolar Amerika di toko penukaran uang. Setidaknya, dilaporkan ada 10 orang tewas dalam serangan tentara israel ke markas administratif Otoritas Palestina selain ke kota Hebron, Halhul, Nablus, Jenin, Tulkarem, el-Bireh, Jericho dan Ramallah.
Dalam penyerangan tersbeut, pasukan IDF sengaja menargetkan toko-toko penukaran uang yang berada di sana. Serangan dilakukan Kamis sekira pukul 01.00 waktu setempat, berlangsung selama sekitar empat jam serta setidaknya 20 kendaraan lapis baja memasuki Kota Ramallah.
Pasukan zionis israel menggunakan gas air mata serta granat kejut untuk membersihkan jalan dan memblokir daerah tersebut, sebelum meledakan toko-toko penukaran uang. Otoritas Moneter Palestina mengatakan, pasukan Israel merampok kantor pusat enam perusahaan bursa di tepi barat Palestina saat penyerbuan tersebut.
BACA JUGA:Presiden Iran Ngamuk, Penasehat Militernya Tewas Akibat Serangan Israel
Israel menangkap pemilik perusahaan-perusahaan serta mengambil sejumlah uang dari brankas mereka, setelah meledakkannya. Pihak otoritas setempat mengatakan, serangan zionis israel merupakan sebuah tindakan yang melanggar semua norma dan hukum internasional termasuk piagam serta perjanjian.
Perampokan yang dilakukan oleh tentara Israel dengan alasan bahwa uang yang ada di toko penukaran uang dituduh digunakan pasukan perlawanan dalam membiayai perlawanan.
Kepala Hak Asasi Manusia PBB, Volker Turk mengatakan, situasi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur dengan cepat memburuk. "Penggunaan taktik senjata militer dalam konteks penegakan hukum, penggunaan kekuatan yang tidak perlu atau tidak proporsional, dan penegakan pembatasan pergerakan yang luas, sewenang-wenang dan diskriminatif berdampak pada warga Palestina sangatlah meresahkan," jelas Volker. (**)