Dengan kondisi tersebut, KKI Warsi memberikan pendampingan kepada masyarakat di kawasan tersebut dapat memanfaatkan kawasan hutan dengan baik melalui berbagai program seperti menanam kembali di kawasan dan lahan terbuka sebagai sebuah upaya pemulihan hutan dan menumbuhkan tutupan hutan yang mengalami degradasi.
"Dalam pendampingan yang dilakukan, KKI Warsi di desa ini mengembangkan program Baby Tree, yaitu menanami kembali hutan yang sudah di buka dengan tanaman kehutanan bernilai ekonomi,” kata Adi.
Selain desa Air Tenam, KKI Warsi juga melakukan hal yang sama di wilayah Desa Batu Raja Rejang Kecamatan Hulu palik Kabupaten Bengkulu Utara. Pada desa tersebut dijalankan program adopsi hutan, yakni program yang mendorong masyarakat mengelola dan memanfaatkan hutan dengan prinsip pengelolaan berkelanjutan.
"Di Bengkulu Utara kami kembangkan program adopsi hutan, dimana programnya adalah penjagaan hutan melalui peningkatan kapasitas masyarakat pengelola dan pelatihan sumber ekonomi baru berbasis hasil hutan bukan kayu," imbuh Adi.
Dirinya berharap, tidak hanya di Desa Air Tenam dan Batu Raja Rejang saja, inisiatif pengelolaan hutan yang berkelanjutan harus diterapkan di banyak wilayah di Bengkulu. Serta mendapatkan dukungan semua pihak agar pengelolaan hutan yang berkelanjutan di Bengkulu benar-benar dapat dijalankan dengan baik.
"Perhutanan sosial di Bengkulu sudah signifikan tapi masih ada yang belum mendapatkan SK perizinan untuk perhutanan sosial. KKI Warsi 4 tahun kedepan punya target lebih dari 10 desa akan mengembangkan atau memperkuat skema perhutanan sosial. Langkah-langkah pengelolaan sumber daya alam ini kita harapkan menjadi agenda bersama para pihak," tutup Adi.