Radarkoran.com - Persoalan truk batu bara dari luar provinsi Bengkulu yang melakukan pengangkutan menuju pelabuhan Pulau Baai Bengkulu kembali menjadi sorotan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Bengkulu.
Hal ini lantaran truk batubara yang membawa muatan menyebabkan kerusakan jalan yang dilaluinya karena tidak sesuai dengan tonase jalan yang ada di Bengkulu. Selain itu, jam operasional yang tidak teratur serta juga kerap menyebabkan kemacetan dan mengganggu aktivitas perjalanan.
Anggota DPRD Provinsi Bengkulu, Holil Anwar mengatakan, untuk di luar provinsi seperti, Jambi yang menjadi asal batu bara mereka harus diatur jam operasional dan memiliki jalan khusus untuk operasionalnya. Sedangkan di wilayah Bengkulu mereka bebas beroperasional 24 jam.
"Jadi kita minta pemerintah daerah, khususnya pak gubernur untuk mengeluarkan Pergub menginstruksikan kepada dinas terkait supaya menerapkan jam operasi. Sehingga tidak semaunya saja truk-truk ini beroperasi," ungkap Holil Anwar
Holil juga menyesalkan tindakaan dari pemerintah daerah yang tidak mengambil langkah cepat menyelesaikan persoalan ini dan tidak tanggap dengan persoalan yang ada.
BACA JUGA:Tidak Peduli Keluhan Warga, Truk Batu Bara Tetap Lewati Kepahiang Saat Jam Pagi
"Kita sudah suarakan beberapa kali dalam forum paripurna, tapi nyatanya masih tidak ada tindakan. Jadi kesannya tidak tanggap dengan keluhan masyarakat," tegas holil.
Lebih lanjut, Holil meminta persoalan truk batu bara ini segera ditindaklanjuti, sehingga nantinya tidak menjadi persoalan yang berlarut-larut dan menimbulkan banyak kerugian. Apalagi masyarakat sudah banyak menyampaikan keluhannya atas operasional truk-truk batu bara ini.
"Jangan sampai nanti banyak berjatuhan korban jiwa. Apalagi di kawasan gunung, jalan sempit dan truk besar-besar beriringan yang menghambat perjalanan. Dulu kita dari Bengkulu ke Kepahiang biasa ditempuh 1,5 jam dan sekarang bisa 2,5 sampai 3 jam," keluhnya
Selain itu, kondisi jalan juga banyak yang mengalami kerusakan akibat dilalui truk dengan tonase yang tidak sesuai dengan kelas jalan yang ada di Bengkulu.
"Di gunung itu sudah banyak jalan yang berlobang sekarang ini. Jadi kita minta kepada pemerintah daerah, khususnya pak gubernur untuk menertibkan dan ada jam operasinya. Seharusnya operasinya malam hari, supaya tidak mengganggu aktivitas pengendara lainnya," demikian Holil.