Penyakit Ngorok pada Hewan Ternak mulai Menyebar, Ini Langkah Disnakeswan Bengkulu
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu, drh. Muhammad Syarkawi--GATOT/RK
Radarkoran.com - Dalam beberapa waktu terakhir, wabah penyakit Ngorok atau Septicaemia Epizootica (SE) sudah banyak menyerang ternak sapi di wilayah ini. Seperti yang terjadi di Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Kaur.
Penyakit sapi ngorok adalah penyakit yang menyerang hewan sapi atau kerbau yang bersifat akut dengan tingkat kematian yang tinggi. Meski penyakit ini tidak menular ke manusia, namun penyakit sapi ngorok berdampak signifikan terhadap perekonomian peternak, karena penularannya yang sangat cepat.
"Penyakit ngorok ini sudah merambah sampai daerah Kaur dari yang awalnya di Bengkulu Selatan yang telah mematikan sekitar 50 kerbau di sana. Dan informasi terbaru kemarin di Kaur sudah ada 10 ekor yang mati," ungkap Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi Bengkulu, drh. Muhammad Syarkawi saat diwawancarai pada Rabu, 9 Oktober 2024.
Syarkawi menambahkan, Disnakeswan Provinsi Bengkulu bersama jajaran pemerintah kabupaten telah mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan terhadap kerbau atau sapi yang sakit.
"Memang yang sudah terlanjur para terjadi kematian, tapi yang kondisinya bisa tertolong alhamdulillah dapat diselamatkan," sampainya.
BACA JUGA:Vaksinasi Rabies Gratis, Disnakeswan Siapkan 1000 Dosis VAR
Selain itu, Syarkawi menyebut jika pihaknya juga sudah meminta bantuan pemerintah pusat untuk mengadakan vaksin SE dan setidaknya sudah ada 1000 dosis vaksin yang telah didapatkan pihaknya dan langsung disalurkan ke daerah yang terjadi penyebaran kasus penyakit.
"Kita mendapatkan 1000 dosis vaksin SE dan sudah kita alokasikan ke kabupaten, khususnya di Bengkulu Selatan dan Kaur. Vaksin ini langsung kita salurkan karena memang dalam kondisi darurat," imbuhnya.
Dalam upaya mencegah penyebaran penyakit ngorok ke daerah lainnya, selain mengoptimalkan vaksinasi, Disnakeswan Provinsi Bengkulu turut mengimbau kepada masyarakat/peternak untuk membatasi lalu lintas ternak, terutama di kawasan yang berisiko terjadinya penyakit, khususnya di Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kaur.
"Dengan upaya ini, sehingga nantinya diharapkan di daerah lainnya tidak terjadi penularan dalam jumlah yang signifikan," sampai Syarkawi.
Penyakit Ngorok atau Septicaemia Epizootica (SE) ini dikatakan Syarkawi merupakan salah satu endemik di Bengkulu yang kemunculannya tergantung dengan situasi seperti perubahan kondisi cuaca.
"Untuk saat ini kita belum tahu penyebabnya, mungkin perubahan musim yang terlalu ekstrim, sehingga terjadi peningkatan kasus dan jumlahnya meningkat," singkatnya.