Cikal Bakal Wabah Sapi Ngorok Diduga Dari Sumsel
Kepala Disnakeswan Provinsi Bengkulu, drh. M. Syarkawi --GATOT/RK
Radarkoran.com - Penyakit Sapi Ngorok atau Septicaemia epizootica (SE) yang sudah mewabah di beberapa daerah yang ada di Provinsi Bengkulu seperti Bengkulu Selatan, kaur dan Bengkulu Tengah diduga penyebarannya berasal dari wilayah Sumatera Selatan (Sumsel) yang berbatasan langsung dengan wilayah Bengkulu.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi Bengkulu, drh. M. Syarkawi mengatakan, penyebaran penyakit ngorok ini diduga berasal dari ternak yang telah terinfeksi SE dari luar daerah yang dibawa masuk ke Bengkulu.
"Penularannya diduga dari daerah Sumatera Selatan yang berbatasan langsung dengan Bengkulu beberapa waktu lalu. Karena disitu terjadi outbreak (kejadian luar biasa)," ungkap Syarkawi.
Ia menambahkan, untuk pintu masuk mana yang menjadi sumber penyebaran penyakit ngorok di wilayah bengkulu, pihaknya belum mengetahui secara pasti.
"Kita tidak tahu persis lewat pintu mana masuknya, takutnya ada hewan yang dibawa dari sana (Sumsel) ke daerah Bengkulu, itu yang diduga menjadi penyebab penyebaran penyakit sapi ngorok di Bengkulu," sampainya.
Lebih jauh Syarkawi menuturkan, dalam optimalisasi pengawasan lalu lintas hewan di pintu masuk antara provinsi, sejak adanya wabah PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) beberapa waktu sebelumnya, pihak Disnakeswan Provinsi Bengkulu dan pihak terkait lainnya telah melakukan pengawasan di setiap pintu masuk ke Bengkulu.
BACA JUGA: Peternak Jangan Panik, Penyakit Sapi Ngorok Bisa Diobati
"Untuk keluar masuknya hewan ternak antar wilayah sejak kasus penyakit PMK tahun lalu kita sudah ada pembatasan. Setiap yang ingin melalulintaskan ternaknya antar wilayah, itu sudah harus mengisi aplikasi lalin ternak yang didalamnya ada persyaratan-persyaratan yang harus mereka penuhi sebelum membawa ternak dari satu wilayah ke wilayah lainnya," papar Syarkawi.
Penyakit sapi ngorok ini sangat memberikan dampak yang signifikan terhadap para peternak, terutama jika ternak yang ada tidak sempat diobati dan mengalami kematian.
"Penyakit ini kan menyebabkan ternak sakit hingga kematian. Yang mati itu jelas secara totalitas akan menghilangkan nilai ekonomisnya, dan yang sakit rata-rata kalau dijual akan menurunkan harga jualnya," kata Syarkawi.
Untuk mendukung pencegahan penyebaran meluas penyakit ngorok di Bengkulu, disnakeswan telah mendapatkan vaksin dari pemerintah pusat untuk membantu para peternak di wilayah penyebaran kasus.
"Penyakit ini sebenarnya penyakit bakterial yang bisa diobati dengan berbagai antibiotik. Kita juga sudah meminta backup dari pusat dan sampai saat ini sudah 3 ribu dosis vaksin yang sudah kita dapatkan," tutup Syarkawi.