Kerugian Peternak Akibat Wabah Ngorok Diperkirakan Capai Rp 23 Miliar
Kepala Disnakeswan Provinsi Bengkulu, drh. M. Syarkawi--GATOT/RK
Radarkoran.com - Penyebaran virus Septicaemia Epizootica (SE) atau disebut wabah Ngorok di wilayah Bengkulu saat ini kian merebak. Bahkan kerugian yang dialami peternak akibat wabah ini diperkirakan mencapai angka Rp 23 miliar.
Jumlah tersebut didapatkan dari estimasi harga kerbau dan sapi yang biasanya berkisar Rp 25 juta dikalikan dengan 950 ekor ternak sapi dan kerbau yang terdampak, baik itu mati/dimusnahkan ataupun dijual dengan harga dibawah rata-rata.
"Perumpamaan kalau satu ekor kerbau atau sapi berharga Rp 25-30 juta, dan data jumlah ternak yang terdampak yang terdata di i-SIKHNAS, sudah ada di atas 900 ekor ternak yang terdampak. Jadi dapat dihitung sendiri kerugiannya, itu perumpamaan," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi Bengkulu, drh. M. Syarkawi, pada Jumat 8 November 2024.
Atas jumlah kerugian yang dialami oleh para peternak ini, Syarkawi menegaskan, tidak ada ganti rugi yang akan diberikan untuk peternak.
"Kalau PMK dulu di tahun 2022 ada kompensasi, karena itu sudah menyebar tingkat nasional. Namun inikan wabah lokal, jangankan kompensasi, untuk obat-obatan saja masih sangat kurang. Jadi tidak ada kompensasi," terang Syarkawi.
Lebih jauh, Syarkawi menerangkan, bahwa asal dari penyebaran dari wabah Ngorok ini dimulai dari 2 daerah, yakni Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kaur.
BACA JUGA: Dukungan Terus Mengalir untuk Paslon DISUKA Menangkan Pilwakot Bengkulu
"Inikan dimulai di Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kaur, sekarang sudah menyebar ke daerah lainnya seperti Kepahiang walaupun jumlahnya masih belum banyak," ungkapnya.
Dalam upaya mengantisipasi penyebaran wabah Ngorok ini agar tidak menyebar lebih luas, Disnakeswan Provinsi Bengkulu menyebut telah melakukan berbagai upaya mulai dari penyediaan obat-obatan ke daerah yang terdampak secara teratur, hingga merealisasikan vaksinasi.
"Jika obat-obatan yang ada di kita habis untuk stok awal, kita minta lagi ke pemerintah pusat untuk disupport baik obat-obatan maupun vaksin. dan kita mendapatkan support vaksin dari pusat secara gratis sebanyak 3.000 dosis, ini sudah kita salurkan semua ke kabupaten," sampai Syarkawi.
Selain itu, pihaknya juga meminta CSR dari beberapa perusahaan untuk membantu mensupport penyediaan obat, antibiotik dan vitamin.
"Alhamdulillah sudah lumayan yang kita terima baik itu dalam bentuk antibiotik maupun vitamin-vitamin," imbuh Syarkawi.
Lebih lanjut, melihat kondisi ternak yang terdampak di daerah, Syarkawi menyebut jika pihaknya masih sangat kekurangan vaksin Ngorok. Tapi dalam hal ini pihaknya sudah berusaha secara maksimal dengan keterbatasan yang ada.
"Dari pusat sendiri kemampuan mensupportnya hanya segitu, karena kita sudah lama tidak adanya serangan-serangan wabah seperti itu. Sehingga produksi vaksin secara nasional juga memang sangat sedikit dalam beberapa tahun terakhir ini," paparnya.