Perum Bulog Rejang Lebong Ditarget Serap 600 Ton Beras Petani

Perum Bulog Rejang Lebong ditargetkan dapat menyerap 600 ton beras petani hingga bulan April 2025 mendatang.--DOK/RK

Radarkoran.com - Perum Bulog Kantor Cabang Rejang Lebong ditargetkan dapat menyerap 600 ton beras hingga bulan April 2025 mendatang.

Target tersebut lebih dari 50 persen dari target yang dibebankan kepada Kanwil Bulog Bengkulu yang totalnya sebanyak 1.023 ton.

Pemimpin Cabang (Pinca) Perum Bulog Rejang Lebong, A Musalim Yudha, menyampaikan pihaknya optimis bisa menyerap beras sebanyak mungkin sesuai sesuai target dan waktu yang sudah ditetapkan. Penyerapan beras tersebut akan mereka lakukan dari 3 kabupaten yang menjadi wilayah kerja mereka, yakni Kabupaten Rejang Lebong, Kepahiang dan juga Lebong. Bahkan sejauh ini sudah ada sebanyak 109 ton beras yang terserap oleh Bulog Rejang Lebong.

"Saat ini sudah ada 109 ton beras yang berhasil kita serap. Semuanya berasal dari Kabupaten Lebong yang saat ini masih dalam proses panen. Sementara untuk di wilayah Rejang Lebong sendiri, nampaknya belum bisa kita serap, karena harga yang dipatok masih tinggi dan melebihi HPP yang ditetapkan untuk Bulog," ujarnya.

Namun meski begitu dia menyakini, penyerapan beras tetap akan sampai target meskipun hanya diserap dari Kabupaten Lebong saja. Karena menurut dia, sampai bulan Februari ini petani di Lebong masih dalam suasana panen raya.

BACA JUGA:Operasi Paksa Penegakan Hukum di Desa Kampung Jeruk Rejang Lebong, Ini Hasilnya

Pihaknya juga meyakini, bisa menyerap sebanyak 30 ton beras seharinya dari sawah yang ada di Lebong. Sehingga jika ditotalkan, pihaknya hanya butuh waktu 20 hari saja untuk mencapai target penyerapan beras yang sudah ditetapkan tersebut.

"Kalau melihat kondisi saat ini, kita pasti bisa melakukan penyerapan beras secara maksimal di Lebong. Bahkan jika kapasitas gudang kita tidak bisa menampung stok beras, kita akan mengalihkannya ke Bulog Provinsi Bengkulu," terangnya.

Sementara itu untuk penyerapan gabah sendiri, lanjutnya, pihaknya tidak diwajibkan. Karena melihat kondisi yang ada di Provinsi Bengkulu, memang penyerapan gabah yang dilakukan persentasenya terlalu kecil. Hal itu dikarenakan para petani yang ada di Provinsi Bengkulu mayoritas menjual hasil taninya dalam bentuk beras.

"Kalau untuk gabah, sampai saat ini belum ada penyerapan. Karena melihat kondisi yang ada, nampaknya penyerapan gabah yang bisa dilakukan kemungkinannya sangatlah kecil. Dimana dari 38 provinsi yang ada di Indonesia saja, ada sebanyak 14 provinsi yang tidak diwajibkan melakukan penyerapan gabah, termasuk Provinsi Bengkulu," pungkasnya.

Sekedar informasi, HPP yang sudah ditetapkan oleh Bapanas rinciannya sebagai berikut, untuk Gabah Kering Panen (GKP) di Petani Rp 6.500/Kg, untuk Gabah Kering Panen (GKP) di Penggilingan Rp 6.700/Kg, keduanya maksimal kadar air 25 persen, dan maksimal kadar hampa 10 persen

Sedangkan untuk Gabah Kering Giling (GKG) di Penggilingan Rp 8.000/Kg, Gabah Kering Giling (GKG) di Gudang BULOG Rp8.200/Kg, dengan maksimal kadar air 14 persen, dan maksimal kadar hampa 3 persen. Sementara untuk HPP beras sendiri naik diangka Rp 12.000 perkilonya dari sebelumnya Rp 11.000.

Harga beras tersebut adalah harga di gudang Bulog dengan syarat kadar air maksimal 14%, derajat sosoh 100, Butir patah maksimal 25%, dan butir menir maksimal 2%. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan