Aamiiin KAI

Aamiiin KAI--DISWAY
BACA JUGA:MBG Rizhao
Lima rangkaian KRL itu sudah tidak di Indonesia: sedang menjalani berbagai test yang dilaksanakan kementerian perhubungan. Masih enam rangkaian lagi yang belum tiba.
"Akhir bulan ini KRL made in Qingdao sudah beroperasi di Jakarta," ujar salah satu dari mereka.
Bagi mereka Jumat kemarin itu merupakan pengalaman pertama salat Jumat di Tiongkok. Salah satu dari mereka mengenakan baju batik dan kain sarung. "Biar mereka tahu inilah budaya Indonesia," katanya.
"Kok pakai sarung?”
"Saya NU," jawabnya.
Khutbah Jumat di masjid tadi pendek sekali: hanya lima menit. Pembukaannya pakai bahasa Arab. Pengucapannya jelas dan fasih. Lalu pakai bahasa Mandarin. Setelah jeda duduk pengkhotbah melanjutkannya dengan doa dalam bahasa Arab.
Selesai. Lima menit tepat. Seperti tepatnya jadwal KRL.
Saya sudah tiba di masjid itu satu jam sebelumnya. Masih sepi. Dua orang Tionghoa duduk di kursi taman. Saya coba ajak ngobrol dalam bahasa Mandarin.
"Saya dari Indonesia. Anda dari daerah mana?”
"Saya dari Qinghai," jawabnya. "Qinghai itu jauh sekali. Di bagian barat Tiongkok", katanya.
"Saya tahu. Saya sudah beberapa kali ke Qinghai. Banyak sekali masjid di sana," kata saya.
Ia tampak heran mendengar saya pernah ke Qinghai.
"Kalau Anda dari mana?” tanya saya kepada yang satunya.
"Saya dari Xining," jawabnya.