BACAKORAN RK - Selama Desember 2023 ini, kasus Covid-19 kembali melonjak di beberapa negara termasuk juga Indonesia dengan subvarian baru yang disebut Eris EG.5. Covid-19 Eris EG.5 ini sebenarnya diidentifikasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak Februari 2023.
Namun WHO mengatakan virus ini memiliki risiko rendah terhadap kesehatan masyarakat, dan tidak ada bukti bahwa virus tersebut menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan varian lain yang beredar saat ini.
Sejak kali pertama muncul, Covid-19 sudah bermutasi atau berubah bentuk dan semakin berbeda. Versi genetik baru terus bermunculan dan disebut varian salah satunya EG.5, mutasi dari varian Covid-19 Omicron. Bahkan menurut WHO, kasusnya terus meningkat di negara Eropa.
Untuk diketahui, EG.5 dijuluki Eris yang diambil dari nama dewi dalam mitologi Yunani. Nama tersebut kelanjutan konvensi WHO yang menggunakan huruf- huruf alfabet Yunani untuk menetapkan label yang sederhana dan mudah diucapkan untuk varian-varian utama.
Dalam penilaian terbaru, WHO memasukkan EG.5 dan sub-varian yang sangat terkait dengannya, termasuk 5G.5.1. Sementara, menurut Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA), 5G.5.1 sekarang ini merupakan satu dari tujuh kasus Covid-19 yang didapat melalui tes di rumah sakit.
Dr. Meera Chand wakil direktur badan tersebut menerangkan, bukan hal yang tidak terduga melihat munculnya varian baru covid. Bahkan kasus EG.5 juga meningkat di AS. Di mana kasus ini telah melampaui sub-varian omicron lain yang beredar.
BACA JUGA:Waspada Lonjakan Covid-19, Pelayanan Vaksinasi Tetap Diberikan di Semua Puskesmas dan Faskes Lainnya
Menghindari Kekebalan Tubuh
Berdasarkan bukti yang ada, para pejabat WHO menyampaikan, tidak ada indikasi bahwa sub-varian tersebut menyebabkan penyakit yang lebih parah dan risikonya tidak lebih tinggi dibandingkan varian lain yang saat ini menjadi perhatian. Beberapa tes menunjukkan jika virus ini lebih mudah menghindari sistem kekebalan tubuh kita dibandingkan beberapa varian yang beredar, tapi hal ini belum menyebabkan orang menjadi sakit lebih parah.
Di Inggris, terdapat sedikit peningkatan jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit dalam beberapa minggu terakhir, terutama mereka yang berusia di atas 85 tahun, tetapi para ahli mengatakan jumlahnya masih lebih rendah apabila dibandingkan gelombang sebelumnya.
Dipaparkan WHO, infeksi telah dilaporkan terjadi di 51 negara termasuk Tiongkok, Amerika Serikat, Republik Korea, Jepang, Kanada, Australia, Malaysia, Singapura, Indonesia, Inggris, Prancis, Portugal, dan Spanyol.
Para ahli mengatakan, tidak ada bukti yang menunjukkan hal itu menyebabkan gejala baru Covid. Namun gejala Covid diantaranya demam, batuk terus menerus, perubahan indera perasa atau penciuman, kelelahan, pilek, dan akit tenggorokan. (**)