Radarkoran.com - Hingga sejauh ini Polemik mengenai BPA (Bisphenol-A) masih terus berlanjut. Salah satu isu yang berkembang, yakni kaitan zat tersebut terhadap infertilitas. Spesialis kandungan dan kebidanan dari Tzu Chi Hospital, dr. Ervan Surya, Sp.OG menyampaikan masyarakat harus cermat membaca penelitian mengenai BPA yang beredar di media sosial.
"Berdasarkan studi meta- analisis, tidak ada korelasi antara BPA dengan gangguan kesuburan," sampai dr. Ervan Surya di dalam diskusi kesehatan besutan Forum Ngobras pada pertengahan September 2024.
BACA JUGA:Infeksi Telinga, Redakan dengan 5 Pengobatan Alami Ini
Sebuah studi meta-analisis yang dilaksanakan sepanjang 2013– 2022, meneliti kaitan antara BPA dan fertilitas perempuan dengan melihat tiga parameter. Yakni kebutuhan akan IVF (in-vitro fertilization) atau bayi tabung, PCOS (polycystic ovarian syndrome) dan endometriosis. "Ya, ternyata tidak ditemukan hubungan antara BPA dengan endometriosis, IVF dan PCOS," paparnya.
Isu lainnya menyebutkan kalau BPA bisa menyebabkan persalinan prematur. Hal ini tidak terbukti melalui studi meta-analisis terhadap 7 penelitian dengan total 3.004 partisipan. Studi meta-analisis lain mengulas hubungan antara paparan BPA saat kehamilan dengan kelahiran.
"Ya kesimpulannya, tidak ada kaitan antara paparan BPA dengan usia kehamilan, panjang bayi, berat badan bayi, dan lingkar kepala bayi," terang dr. Ervan.
Dia menambahkan, penyebab persalinan prematur sangat beragam. Yang paling sering antara lain adalah infeksi saluran kemih atau ISK dan infeksi vagina.
Dia melanjutkan, tidak ada kaitan BPA dengan infertilitas pada laki-laki dan membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Hubungan antara BPA dengan mikropenis pun belum belum dia temukan. Mikropenis itu penyebabnya banyak, bisa kongenital atau gangguan perkembangan organ seksual pada janin. "Jadi jangan jadikan satu hal sebagai kambing hitamnya, kita harus lihat berbagai kemungkinannya," ujar dr. Ervan.
Infertilitas bisa dialami oleh perempuan maupun laki-laki. Terhadap perempuan, penyebab infertilitas 40 persen gangguan pada tuba fallopi serta panggul, 40 persen lagi disfungsi ovulasi, dan 10 persen yang tidak biasa misalnya autoimun.
Sedangkan pada laki-laki, infertilitas berhubungan dengan gangguan sperma. Kualitas maupun kuantitas sperma bisa terganggu karena pelebaran pembuluh darah atau varises pada testis (Varikokel). "Bisa pula karena ada gangguan pada pabrik sperma, dan disfungsi seksual," terang dr. Ervan.
Lebih lanjut dia menegaskan, yang sudah terbukti dapat memicu infertilitas adalah rokok dan alkohol. Kausalitas antara rokok dan infertilitas sudah jelas, namun banyak yang tetap merokok. "Sedangkan pada BPA yang belum pasti, kita malah ketakutan," ujarnya lagi.
Pada kesempatan lain, pengamat sosial dari Universitas Indonesia, DR. Devie Rahmawati, M.Hum menyampaikan, penyebaran misinformasi terkadang tanpa disadari dan disebabkan oleh 5P yaitu pahlawan, pengetahuan dan pengalaman lemah, pergaulan terdekat, personalitas dan platform.
"Bila kita punya pengetahuan dan pengalaman, misinformasi tidak gampang merasuk. Sebaliknya jika tidak ada, kita akan mudah terpeleset informasi yang tidak jelas," sampai Devie.
Untuk mencegah penyebaran misinformasi tambahnya, perlu kolaborasi antara penulis, konten kreator, pesohor, platform, dan pembaca. Ada banyak cara untuk melakukan cek fakta, dan bisa dimanfaatkan. "Ruang digital dapat menjadi hal yang positif kalau dimanfaatkan dengan baik," demikian Devie.