Radarkoran.com - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi Bengkulu menyebut jumlah kasus temuan penyakit sapi ngorok yang menyerang hewan ternak sapi dan kerbau di wilayah Bengkulu terus mengalami peningkatan dalam dua bulan terakhir.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Disnakeswan Provinsi Bengkulu, drh. Indah Permatasari mengatakan, hingga 23 Oktober 2024 penyebaran penyakit sapi ngorok sudah terjadi di tiga kabupaten yakni Kaur, Bengkulu Selatan dan Kepahiang.
Dari pendataan yang dilakukan, secara keseluruhan jumlah ternak yang tertular ada sebanyak 865 ekor yang tersebar di Kabupaten Kaur 764 ekor terdiri dari 550 ekor kerbau dan 214 ekor sapi. Lalu di Kabupaten Bengkulu Selatan terdapat 100 ekor terdiri dari 93 ekor sapi dan 7 ekor kerbau, sementara di Kabupaten Kepahiang terdapat 1 ekor kerbau.
"Akibat penyebaran penyakit ngorok ini tercatat sudah 177 ekor ternak yang mati," kata Indah.
Dalam upaya mencegah adanya peningkatan kasus sapi ngorok ini, pihak Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu sudah menyalurkan 1.000 dosis vaksin untuk Kabupaten Kaur, 500 dosis untuk Bengkulu Selatan dan 500 dosis untuk Seluma.
Vaksin ini diharapkan bisa mengakomodir seluruh ternak di wilayah Bengkulu yang populasinya terdata 15.168 ekor kerbau, 116.151 ekor sapi potong dan 86 ekor sapi perah.
BACA JUGA:Pelamar PPPK Nakes Minim, BKD Provinsi akan Koordinasi ke Kemenpan RB
Disisi lain, masyarakat khususnya para peternak diimbau untuk selalu memperhatikan kondisi ternaknya, jika ada gejala terjangkit penyakit maka segera melakukan langkah cepat dengan memberikan vaksin pada ternaknya serta melakukan penanganan yang tepat.
"Jika melihat adanya gejala penyakit sapi ngorok pada sapi atau kerbau dengan tanda-tanda malas makan, hidung beringus yang keesokan harinya terlihat perutnya kembung dan ngorok, maka harus langsung diobati," kata Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Bengkulu, drh. Yeni Misra.
Ia menambahkan, pada umumnya ternak di Bengkulu ini banyak dilepasliarkan, dan ternak-ternak ini khususnya yang berada dalam satu kawanan penggembalaan atau satu kandang, perlu divaksin dan diberikan pengobatan.
"Ternak yang lepas liar juga usahakan dibawa pulang. Dipantau kondisinya, ketika ada perubahan dan gejala sapi ngorok langsung diberikan penanganan, bawa ke petugas untuk diobati, dan divaksin," imbaunya.
Untuk vaksin sapi ngorok ini, Yeni menyebut jika masyarakat atau para peternak dapat mengaksesnya secara gratis si pusat kesehatan hewan (Puskeswan) pada jam kerja di kabupaten/kota masing-masing.
"Saat ini untuk vaksin dan obatnya tersedia, gratis di puskeswan pada jam kerja. Tapi kalau sudah diluar jam kerja harus membayar pelayanan, " singkatnya.