Kontroversi Ikan Kaleng Jadi Menu Makan Bergizi Gratis Prabowo-Gibran

Rabu 13 Nov 2024 - 09:26 WIB
Reporter : Iyus Ismail
Editor : Eko Hatmono

Radarkoran.com- Setelah susu ikan, kini muncul lagi kontroversi penggunaan ikan kaleng kemasan untuk dijadikan menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) pemerintahan Prabowo-Gibran.

Ide penggunaan ikan kaleng, awalnya diusulkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Alasannya, ikan kaleng memiliki kandungan protein yang mencukupi.

Namun banyak pihak yang kontra, karena ikan kaleng kemasan dianggap makanan ultra proses sehingga kurang cocok sebagai lauk pendamping program MBG.

Selain itu, produksi ikan segar di Indonesia melimpah. Ikan segar tentu memiliki kandungan gizi yang lebih baik dibandingkan dengan ikan kaleng kemasan.

Kenapa ikan kaleng? Dilansir Kompas.com, Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP, Budi Sulistyo mengatakan, usulan penggunaan ikan kaleng karena ikan segar tak selalu tersedia di beberapa daerah.

Menurut Budi, untuk daerah yang jauh dari pesisir pantai, terkadang ikan segar masih sulit didapatkan. Sementara dengan ikan kaleng, distribusinya bisa lebih merata dan tersedia setiap saat.

"Kalau bahan bakunya itu kita di pantai, di pesisir, itu kan dekat dengan ikan segar," jelas Budi, Selasa 12 November 2024.

Lebih lanjut, Budi mengungkapkan, untuk volume pengadaan ikan yang besar, distribusi produk laut segar juga memerlukan pendingin cold storage.

BACA JUGA:Mendes Inginkan Pemdes jadi Penyuplai Bahan Baku Program Makan Bergizi Gratis

"Namun ketika kita mulai mengarah ke arah daratan, jika daerah tingkat rantai dingin belum terbangun, maka ikan kaleng itu menjadi salah satu solusi," tegas Budi.

Ia menuturkan, meski merupakan produk ultra proses, ikan kaleng sejatinya juga merupakan bagian dari olahan produk ikan sehingga dapat menjadi bahan baku Makan Bergizi Gratis.

"Iya ikan kaleng diusulkan. Ikan kaleng merupakan bagian dari hasil olahan, ini kan satu bisa menjadi bahan baku," ujar Budi.

Soal anggapan ikan segar lebih berkualitas dibandingkan ikan olahan yang dikemas dalam kaleng, Budi menyebut KKP akan melakukan sosialisasi dan edukasi. Karena pengalengan ikan bertujuan untuk pengawetan.

"Kami juga memberikan pemahaman ke semua dapur, bahwa ketika masak ikan, itu yang harus diperhatikan karena ikan kan memiliki sifat yang mudah rusak. Supaya tidak terjadi suatu hasil masakan yang kurang layak konsumsi, " tambah Budi.

Menurut Budi, selain sarden, ikan tongkol dalam kaleng dan ikan kaleng yang berbumbu juga diusulkan bisa masuk program makam bergizi gratis. Ia menyebut, seluruh usulan disampaikan kepada Badan Gizi Nasional.

Kategori :