Radarkoran.com - Gumpalan putih mirip awan kinton jatuh ke tanah di Kalimantan Tengah.
Viral di media sosial, sebuah video yang menujukan fenomena aneh yang disebut dengan 'anak awan' alias awan kinton yang terlihat jatuh ke daratan dan bisa dipegang di wilayah Kalimantan Tengah.
Terlihat dalam video tersebut awan kinton jatuh kedaratan, dan nampak sekumpulan orang tengah mengerumuni gumpalan putih seperti awan yang jatuh dari langit tergeletak di tanah.
Tak sedikit, netizen pun mengaitkan kemunculan awan itu dengan awan kinton milik Son Goku pada film animasi Dragon Ball.
Awan putih tersebut ditemukan oleh para pekerja pertambangan di Muara Tuhup, Murung Raya, Kalimantan Tengah. Dalam video lebih dari satu menit menunjukkan awan jatuh dan tersebar di media sosial pada Jumat 15 November 2024.
Menanggapi Fenomena gumpalan putih mirip awan kinton jatuh ke tanah di Kalimantan Tengah, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa fenomena benda putih yang terlihat seperti awan jatuh di Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah, bukanlah awan sungguhan. Benda tersebut diduga hanya gumpalan uap yang mengambang dan perlahan turun ke tanah.
BACA JUGA: Fenomena Langka! Masuk dalam Lobang, Air Sungai di Blitar Kering Tanpa Sisa
"Fenomena tersebut kemungkinan besar bukan awan alami, melainkan kondensasi uap air atau gas akibat aktivitas manusia yang terjadi di wilayah pertambangan," kata Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani di Jakarta, dikutip dari bacakoran.co dari laman tvonenews.com, Selasa 18 November 2024.
Andri mengatakan bahwa awan tidak bisa jatuh ke permukaan sebagai gumpalan padat.
Dijelaskan, fenoma aneh tersebut terjadi lantaran partikelnya sangat dingan dan tersebar dengan kerapatan rendah. Ini dikarenakan, awan merupakan kumpulan tetesan air atau kristal es yang sangat kecil dan ringan, sehingga akan tetap melayang bdi atmosfer dengan bantuan arus udara.
Partikel awan biasanya menguap sebelum mencapai tanah karena perubahan lingkungan. Fenomena dalam video diduga bukan awan alami, melainkan hasil kondensasi uap air atau gas akibat aktivitas teknis.
"Salah satu penyebabnya, pelepasan gas bertekanan tinggi dari aktivitas tambang, yang didukung oleh suhu rendah dan kelembapan tinggi. Sehingga menciptakan kondisi ideal untuk pembentukan uap kondensasi," jelasnya.
Sehingga, fenomena aneh ini terlihat seperti awan yang turun atau jatuh karena gumpalan uap atau gas tersebut bergerak menuju area lebih rendah.
Hal ini disebabkan oleh gravitasi atau densitasnya yang lebih berat dibandingkan udara di sekitarnya, sehingga menciptakan ilusi awan yang jatuh ke permukaan.
"Uap atau gas ini sering kali lebih padat daripada awan alami, sehingga tampak seperti bisa disentuh atau dipegang. Namun, ini hanyalah efek visual, karena sebenarnya yang terlihat hanyalah gumpalan uap yang bersifat sementara," pungkasnya.