Radarkoran.com - Presiden Soekarno, selaku pemimpin pertama Indonesia pernah mengunjungi Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu. Bahkan banyak yang berspekulasi bahwa, kunjungan presiden Soekarno ke tanah bumei sehasen ini, diabadikan melalui sebuah mimbar yang kini menjadi fitur bersejarah atau warisan budaya di Kabupaten Kepahiang.
Mimbar yang kini dikenal sebagai mimbar simpang lupis itu, sebelumnya dikabarkan pernah menjadi tempat presiden Soekarno melakukan pidato kepada masyarakat. Momen kunjungan sekaligus pidato ini, disebutkan terjadi pada tahun 1949 tepatnya 4 tahun setelah Indonesia merasakan kemerdekaan.
Berdasarkan informasi dihimpun, presiden Soekarno melakukan pidato berapi-api dari atas mimbar tersebut, dihadapan ratusan masyarakat Kabupaten Kepahiang yang dahulunya, masih bersatu dengan Kabupaten Rejang Lebong. Namun sebetulnya, cerita itu hanya lah sebuah cerita yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Menurut sejarawan atau salah satu penggiat sejarah, yang dahulu pernah menjadi Kepala Seksi Cagar Budaya Dikbud Kepahiang, Emong Soewandi mengatakan kalau sampai dengan saat ini, tak ada bukti otentik seperti foto atau video yang bisa menguatkan mimbar itu pernah digunakan Soekarno berorasi.
Bahkan berdasarkan hasil investigasi pihaknya, diketahui kalau presiden Soekarno tidak pernah melakukan orasi di Kabupaten Kepahiang pada masa itu.
"Memang sudah ditetapkan sebagai warisan budaya, karena menghormati cerita dan juga kepercayaan orang-orang pada masa itu. Akan tetapi perlu diketahui, kalau tidak ada bukti yang menguatkan Soekarno pernah berpidato di sana. Setelah kami lakukan investigasi, dipastikan bahwa presiden Soekarno tidak pernah sama sekali berpidato atau orasi di atas mimbar tersebut," jelas Emong.
BACA JUGA:Isi Jabatan Kosong di Kepahiang, Hidayattullah Serahkan ke Bupati Baru Zurdi Nata-Abdul Hafizh
Ia mengungkapkan, dari sumber yang diterimanya mimbar tersebut merupakan bangunan Belanda sebagai taman gereja untuk keperluan ibadah. Dengan itupula mimbar mimbar taman gereja belanda bukanlah lokasi Ir. Soekarno berpidato. Karena ketika itu, Soekarno ditahan oleh Belanda. Sehingga tidak mungkin untuk melakukan pidato di lokasi mimbar tersebut.
"Dengan kondisi menjadi tahanan Belanda Soekarno tidak mungkin berdiri di mimbar secara terbuka dan berpidato. Selain itu tidak ada sejarah yang membuktikan Ir. Soekarno berpidato di mimbar tersebut," ungkap Emong.
Tidak bisa dipungkiri memang, Ir. Soekarno memang pernah ke Kabupaten Kepahiang. Tapi menghadiri kegiatan Muhammadiyah dan tidak melaksanakan pidato di lokasi mimbar tersebut. Memang mimbar itu peninggalan sejarah zaman Belanda dan merupakan gereja taman untuk pelaksanaan ibadah.
"Mimbar itu hanya berupa taman gereja saja dan ketika pelaksanaan ibadah mimbar itu digunakan. Jadi perlu juga diketahui, kalau itu merupakan tempat pidato Soekarno tidak mungkin, karena tidak ada sejarah yang bisa dibuktikan itu lokasi pidato," jelasnya.
Pantauan langsung Radarkoran.com di lokasi, mimbar itu sekarang dalam kondisi masih utuh dan kokoh, hanya saja di tengah mimbar itu, saat ini sudah dipenuhi rumput dan juga lumut. Bukan cuma itu saja, coretan juga memenuhi dinding mimbar simpang lupis dengan menggunakan pilog atau spidol bertinta hitam.
Mimbar itu pula dilindungi oleh sejumlah pohon dan tanaman yang tumbuh di sekitarnya, sehingga meskipun berada di tengah kota, mimbar tersebut sukar terlihat dari pinggir jalan.
Pemkab Kepahiang sendiri, sudah menetapkan mimbar simpang lupis ini sebagai salah satu warisan budaya atau fitur bersejarah Kabupaten Kepahiang. Bahkan sebagai bentuk legalitas, papan merk warisan budaya yang dilindungi Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010, juga tampak terpampang di sekitarnya.
Kendati demikian, Emong tetap mengajak seluruh masyarakat Kabupaten Kepahiang untuk ikut serta merawat, menjaga dan melestarikan dan mempertahankan mimbar simpang lupis itu sebagai salah satu warisan budaya di Kabupaten Kepahiang.