Sejarah Desa Sungai Lisai, Desa di Zona Khusus TNKS (PART 2)

Sabtu 27 Jan 2024 - 17:58 WIB
Reporter : Eko Hatmono
Editor : Eko Hatmono

Diawal tahun 1964 warga dari Madras mulai berdatangan untuk bermukim di Desa Sungai Lisai. Namun saat itu Desa Sungai Lisai masih sebuah Dusun. Dusun Seblat Ilir. 

BACA JUGA:7 Film Netflix Original 2024 Bertema Aksi dan Bertahan Hidup, Cocok untuk Mengisi Waktu Luang Anda

Baru ditahun 1965 berubah menjadi Desa Sungai Lisai. Saat itu Desa Sungai Lisai merupakan bagian dari Provinsi Jambi. Baru pada Desember 2009 Sungai Lisai resmi bergabung dengan Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu. 

Warga lebih memilih Kabupaten Lebong karena jaraknya lebih dekat. Untuk ke Madras dengan jarak 40 km warga harus menempuh waktu dua hari satu malam. Sementara jika ke Muara Aman warga dapat bolak balik dengan waktu satu hari.

"Waktu itu perwakilan masing-masing Kabupaten (Madras dan Lebong, red) datang kesini. Didalam rapat ditanya siapa yang ingin gabung ke Madras. Seluruh warga yang saat itu ikut rapat tidak ada satu pun yang tunjuk tangan. Kemudian ditanya lagi. Siapa yang ingin ke Lebong, semuanya tunjuk tangan, " tambah Hasan.

Mereka sadar, mendirikan pemukiman di tengah hutan belantara sangat besar resikonya dengan ancaman binatang buas. Mendirikan rumah panggung adalah salah satu cara masyarakat untuk meminimalisir ancaman tersebut. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak.

Hampir masuk tahun 1973 ia harus kehilangan ayahnya, Karim. Harimau menerkam tubuhnya. 

Menurut Hasan, saat itu Karim besama temannya yang bernama Abdul Gani dan Marjohan berangkat mencari ikan di Lubuk Panjang selama empat hari empat malam. 

Sore, mereka berencana pulang ke Sungai Lisai. Di tengah perjalanan Karim diserang oleh harimau. Alasannya saat itu Karim membawa Pusako Tembo Tujuh Depo untuk di bawa ke Sungai Lisai. 

Diyakininya jika harimau tersebut merupakan jelmaan dari nenek Rio Belang yang membuat pusako tersebut.

"Pusako itu belum bisa untuk dibawa. Karena Desa Sungai Lisai belum siap. Itulah ayah saya diterkam harimau di tengah jalan. Harimau itu yang membuat pusako Tembo Tujuh Depo. Waktu dilakukan pencarian hanya ditemukan lengan kanan dan paha kiri saja. Dan Selanjutnya dimakamkan di tengah hutan tempat tubuhnya ditemukan. Waktu itu saya pulang ke Madras. Kalau saya ada di Sungai Lisai tubuhnya akan saya bawa ke desa untuk dimakamkan, " sesal Hasan.

Ia berpesan kepada masyarakat Desa Sungai Lisai untuk menjaga kesatuan dan jangan saling bermusuhan. Karena merintis Desa hingga seperti saat ini banyak perjuangan. Cukup dirinya saja yang merasakan pahitnya waktu itu. 

"Kalau dipikirkan bagaimana perjuangan dulu rasanya menangis ini pikiran. Jika saya meninggal nantinya saya ingin dimakamkan di Desa ini. Desa Sungai Lisai, " tutupnya.

Kategori :