Polisi Dunia

Kamis 19 Jun 2025 - 18:10 WIB
Reporter : Eko Hatmono
Editor : Eko Hatmono

Tetangga utaranya, Afghanistan begitu miskin. Tetangga lainnya, Suriah juga masih kacau. Serba tidak jelas. Orang Teheran harus mengungsi ke mana. Padahal penduduk Teheran lebih 15 juta orang.

Kalau sampai terjadi kepanikan di sana bisa-bisa akan muncul tragedi kemanusiaan yang dahsyat. Mungkin akan mirip dengan tragedi pengungsian masal pertengahan tahun 1960-an: dalam satu minggu jutaan penduduk Islam lari dari India ke Pakistan dan jutaan penduduk Hindu lari dari Pakistan ke India. Ini salah satu tragedi kemanusiaan terbesar dalam sejarah. Jutaan orang meninggal dunia. Kita sendiri ketika itu sedang mengalami tragedi Gestapu/PKI.

Bisa jadi omong besar Trump itu sebenarnya hanya untuk tujuan intelijen: agar masyarakat Teheran marah kepada pemerintahnya sendiri. Lalu mereka memberikan tekanan ke pemerintah. Yakni agar Iran mengikuti saja apa yang dikehendaki Trump.

Terlanjur punya nuklir ternyata penting –dan kita ingin tahu apakah Iran sudah telanjur punya atau belum.

Dari jauh kita merasa begitu pilu. Dunia ternyata masih jauh dari damai. Sayang polisi dunia baru ada satu –itu pun Amerika Serikat.(Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 18 Juni 2025: Bukan Rapat

 

Sadewa 19

Hari hari ini, malaikat kembali menghadap Tuhan. Malaikat berkata "Ya Tuhan, benar kan kataku, manusia hanya akan saling menumpahkan darah di muka bumi, Rusia dan Ukraina masih berperang, sekarang Israel dan Iran". Tuhan diam, lalu mengatakan "Aku memgetahui apa yg tidak kamu ketahui". Kali ini malaikat yg diam. Diantara semua makhluk, memang manusia lah yg sering menumpakhan darah antar sesamanya. Tidak pernah tercatat dalam sejarah, perang sesama Setan, atau perang sesama Malaikat atau mahluk yg lain. Manusia berperang karena mereka memiliki kemerdekaan. Merdeka untuk taat atau tidak taat, merdeka untuk jujur dan tidak jujur, merdeka untuk berbuat sesukanya. Bahkan manusia sendiri sering mengatakan "kami cinta damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan". Manusia memilih perang untuk mempertahankan KEMERDEKAANNYA. Tidak ada paksaan dalam agama, mungkin suatu cara untuk mencegah peperangan. Sama dengan ketika demokrasi dipaksakan, nilai nilai versi G7 dipaksakan, penegakan HAM dipaksakan, pasti akan memicu perang yg baru. Perang sejatinya boleh saja, tetapi hanya untuk membela diri, terpaksa dan terdesak. Salah dua dari ciri orang yg bertakwa adalah mereka yg menahan diri dari amarahnya, dan memaafkan kesalahan orang lain. Jika semua manusia mempunyai dua sifat ini tentu tidak akan ada perang seperti saat ini.

 

Mbah Mars

TANAH ABANG N: Bang, sudah baca CHDI ? A: Sudah, Neng. N: Pak Mirza itu siapa ? Kok sering disebut-sebut. A: Itu Dewa Perusuh CHDI. Tapi sekarang sedang ngeluyur. N: Ada masalah apa, Bang ? A: Ia kesal pada Dewa yg satunya lagi. N: Dewa Dahlan ? A: Ho oh. Dewa yg tugasnya keluyuran. Bang Thoyib pun mati gaya di depan Dewa Dahlan. N: Semoga Dewa Mirza segera pulang ya Bang. A: Amiiin. N: Perusuh CHDI pinter-pinter ya Bang. A: Ho oh. Canggih-canggih komennya. N: Abang kelihatan tidak pinter dibanding mereka. A: Memang. Untung saja saya punya kelebihan lain. N: Apa itu ? A: Abang paling kaya! N: Masak sih ? A: Dengar baik-baik ya Neng, kawasan yg membentang dari Petamburan sampai Sudirman itu Tanah Abang !!!

BACA JUGA: Bukan Rapat

djokoLodang

-o-- JURU SINYAL Doni menginginkan pekerjaan sebagai juru sinyal di rel kereta api dan sangat gembira ketika diminta bertemu Inspektur di pos sinyal untuk wawancara. Inspektur bertanya, "Apa yang akan Anda lakukan jika Anda menyadari bahwa dua kereta api sedang saling menuju di jalur yang sama?" Doni berkata, "Saya akan menukar wesel salah satu kereta." "Bagaimana jika tombol otomatisnya rusak?" tanya Inspektur. "Saya akan berlaril, dan menggunakan tuas manual di sana." "Bagaimana jika tuasnya juga rusak?" "Saya akan berlari kembali ke pos sinyal dan menelepon pos sinyal berikutnya." "Bagaimana jika teleponnya tidak jalan?" "Saya akan berlari ke bawah dan menggunakan telepon umum di perlintasan sebidang di sana". "Bagaimana jika itu rusak juga?" "Oh, baiklah, kalau begitu saya akan berlari ke kampung dekat sini dan memanggil teman saya, Tedi.". Ini membuat inspektur bingung, jadi ia bertanya, "Memanggil Teddy? Mengapa?" "Karena," kata Doni, "Tedi selalu bilang ingin melihat tabrakan kereta api". --koJo.-

 

Kategori :

Terkait

Kamis 19 Jun 2025 - 18:10 WIB

Polisi Dunia

Rabu 18 Jun 2025 - 18:01 WIB

Bukan Rapat

Selasa 17 Jun 2025 - 17:33 WIB

Serangan Dompet

Senin 16 Jun 2025 - 17:53 WIB

Dewa Ngluyur

Minggu 15 Jun 2025 - 17:50 WIB

Dewa Umat