62 Anak di Kabupaten Lebong Alami Stunting

Stunting pada anak--FOTO/ILUSTRASI

Radarkoran.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebong mencatat ada 62 anak di wilayah ini mengalami stunting. Selain itu, 14 anak lainnya mengalami wasting atau kekurangan gizi akut. Hal tersebut diketahui dari hasil penimbangan rutin hingga akhir Juli 2025 terhadap 3.179 balita yang diperiksa di 13 puskesmas se-Kabupaten Lebong.

Kepala Dinkes Lebong, Rachman, SKM, melalui Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Lebong, Sumarmi, menyampaikan bahwa kondisi tersebut menjadi perhatian serius pemerintah daerah. Ia menjelaskan bahwa stunting dan wasting tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik, tetapi juga mengganggu perkembangan otak dan kesehatan secara keseluruhan. 

"Masalah ini tidak bisa dianggap sepele. Anak-anak yang mengalami stunting dan wasting memiliki risiko lebih besar terhadap penyakit, penurunan prestasi belajar, hingga gangguan produktivitas di masa depan," ujar Sumarmi.

Ia menambahkan bahwa berbagai faktor bisa menyebabkan terjadinya masalah gizi pada anak, seperti keterbatasan akses makanan bergizi, pola asuh yang kurang tepat, hingga rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pemeriksaan kesehatan balita secara rutin.  Beli vitamin dan suplemen

BACA JUGA:Dinsos Bengkulu Tengah Bawa ODGJ ke RSKJ Soeprapto

"Kami mengimbau agar seluruh orang tua yang memiliki anak usia di bawah lima tahun rutin membawa anak ke puskesmas terdekat untuk pemeriksaan dan pemantauan pertumbuhan," imbuhnya.

Dalam upaya menekan angka stunting dan wasting di Kabupaten Lebong, Dinas Kesehatan telah melakukan sejumlah langkah, seperti pemberian makanan tambahan bergizi bagi balita kurang gizi, penyuluhan kepada ibu hamil dan menyusui, hingga kampanye hidup sehat di berbagai desa.

Selain itu, kolaborasi lintas sektor pun terus digencarkan, termasuk melibatkan kader posyandu, perangkat desa, dan tokoh masyarakat agar bisa menyampaikan edukasi secara lebih luas kepada masyarakat.

"Penanganan stunting harus dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan. Diperlukan keterlibatan aktif dari berbagai pihak, tidak hanya tenaga kesehatan tetapi juga keluarga dan lingkungan sekitar," tambah Sumarmi.

Dinkes juga akan meningkatkan frekuensi monitoring dan intervensi ke daerah-daerah dengan angka gizi buruk tertinggi, serta melakukan pelacakan dan tindak lanjut terhadap balita yang masuk kategori rawan gizi.

"Kami berharap tren stunting dan gizi buruk di daerah ini bisa ditekan, dan secara bertahap mencapai target penurunan nasional seperti yang dicanangkan oleh pemerintah pusat," singkatnya. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan