Ketahuan Mengapa

----
Oleh: Dahlan Iskan
India melawan. Negara itu pun berhasil membuat Presiden Donald Trump gelagapan. Kemarin. "Amerika Serikat sendiri masih impor uranium dan palladium dari Rusia," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri India.
Anda sudah tahu: India memang tidak bisa menerima alasan Trump mengenakan tarif tinggi atas ekspor barang India: 25 persen. Yakni karena India masih impor minyak mentah dari Rusia. Itu membuat Rusia masih punya uang untuk menyerang Ukraina.
Maka wartawan menanyakan kebenaran tuduhan India itu ke Trump. Yang ditanya gelagapan. "Saya tidak tahu itu," jawab Trump.
Tentu Trump marah dengan perlawanan India itu. "India bukan partner dagang yang baik," ujar Trump. "India banyak punya bisnis dengan Amerika. Amerika hampir tidak punya bisnis dengan India," tambahnya.
Kemarahan pun memuncak. "Saya akan putuskan tarif tambahan untuk India," ujar Trump. Menjadi berapa persen? "Tunggu dalam 24 jam ini," katanya.
Berarti begitu selesai membaca Disway hari ini Anda sudah tahu lebih dulu berapa persen nilai kemarahan Trump pada India.
Tapi benarkah AS masih impor uranium dan palladium dari Rusia?
Ternyata benar. Saya sudah mengecek ke berbagai sumber data. Amerika masih impor uranium dari Rusia untuk bahan bakar nuklirnya. Setidaknya masih akan sampai tahun 2028.
Pun palladium. Industri katalis Amerika menggunakan palladium dari Rusia.
Anda sudah tahu: palladium adalah salah satu dari 27 jenis kimia tambang yang ada di tanah jarang (??).
Kalau Anda menambang rare earth, lalu Anda murnikan lewat proses pemurnian, Anda akan mendapat salah satu dari 27 jenis kimia tambang itu. Kadang dapat dua. Kadang tiga. Kadang sekaligus beberapa. Salah satunya bisa jenis palladium.
Tanah jarang itu sering hanya sebagai hasil sampingan dari tambang nikel, tembaga, timah atau bauksit. Maka ketika memurnikan nikel atau timah, tanah ikutannya jangan dibuang. Kemungkinan besar masih ada unsur tanah jarang di dalamnya.