Reagen Andani

--

Terkumpullah 12 orang pemegang saham. Andani sendiri memiliki saham 20 persen –sebagai penghargaan atas penemuan, prakarsa dan operasionalnya. Andani menjadi seperti Steve Job-nya PT CTI. Semua hak paten milik Andani.

Tentu PT CTI masih memproduksi reagan untuk test Covid. Tapi tidak yang utama lagi. Andani lebih fokus untuk membuat kemandirian reagen bagi penyakit-penyakit orang Indonesia. Misalnya untuk tes kanker mulut rahim, tifus, TBC dan banyak lagi.

Bahkan PT CTI juga sudah memproduksi reagen untuk tes mikosis paru.

Anda sudah tahu apa itu mikosis paru: penyakit yang sekarang lagi bikin heboh di Tiongkok. Begitu hebohnya sampai orang yang akan ke Tiongkok banyak bertanya ke saya: apakah di sana aman. Mereka khawatir akan menjadi seperti Covid.

Mikosis paru, kata Andani bukanlah virus. Mikosis paru adalah bakteri. Sangat halus. Hinggap di paru-paru. Penyebabnya bisa karena infeksi. Bisa juga karena jamur yang berkoloni di paru. Maka bagi yang sensitif pada jamur memang harus lebih hati-hati.

Andani sudah membuat reagen untuk tes apakah sakit sesak napas Anda itu karena mikosis.

Dan bagi para wanita di atas 30 tahun Anda bisa berharap tes pap smear nanti tidak mahal lagi. Harga reagen turun drastis –itu kalau rumah sakit dan lab tempat Anda periksa mau membeli reagen dari PT CTI.

Tapi dunia bisnis kadang punya wataknya sendiri. Murah, biar pun mutunya sama, belum tentu dibeli. Apalagi kalau aturan birokrasi ikut menciptakan watak itu. Bahkan ikut bermain di dalamnya.

BACA JUGA:Doni Monardo

Reagen untuk memeriksa kanker mulut rahim itu misalnya, yang impor seharga Rp 600.000. Andani hanya menjualnya Rp 125.000. Ini bukan lagi turun. Ini terjun bebas.

Demikian juga reagen untuk tes penyakit tifus. Bisa turun lebih dalam lagi: Rp 100.000.

Ini bukan saja membuat Andani seorang ilmuwan sejati, tapi juga ilmuwan sejuta umat.

Semua itu berangkat dari niat Andani: tidak semata-mata berbisnis. Ada unsur perjuangan di dalamnya. ''Saya ingin membuka mata masyarakat bahwa dengan Rp 100.000 itu saja sudah untung,'' katanya.

Itulah Andani. Praktik dokternya pun begitu. Tidak punya tarif. Bayar silakan. Tidak mampu tidak usah bayar.

Pun saham 20 persennya di PT CTI itu. ''Saya hanya akan ambil uangnya 3 sampai 5 persen saja. Selebihnya untuk perjuangan,'' katanya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan