Rumah Kediaman Bung Karno di Bengkulu, Banyak Aktif di Kegiatan Muhammadiyah

KEDIAMAN : Rumah Bekas Kediaman Bung Karno di Bengkulu Jalan Anggut Atas--IYUS/RK

Radarkoran.com - Rumah kediaman Bung Karno di Bengkulu merupakan salah satu tempat pengasingannya oleh pemerintah Belanda. Sebelum di Bumi Raflesia, Bung Karno diasingkan di Ende, Flores NTT, rumah ini menjadi saksi perjuangan Soekarno dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Selama di rumah pengasingan tersebut, Soekarno banyak melakukan berbagai kegiatan seperti membuat klub musik Monte Carlo yang dikembangkan menjadi sandiwara musik (Tonil), aktif di organisasi Muhammadiyah. Sekarang rumah bekas kediaman Bung Karno ini telah menjadi tempat wisata dan dikelola oleh Dinas Pariwisata Provinsi Bengkulu

Berikut Radarkoran.com merangkum informasi mengenai rumah bekas kediaman Bung Karno di Bumi Raflesia dan aktifitasnya di pergerakan Muhammadiyah. 

Dilansir dari situs resmi Dinas Pariwisata Provinsi Bengkulu, rumah bekas pengasingan Bung Karno ini berlokasi di jalan Soekarno Hatta No.8, Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu.

BACA JUGA:3 Merek Motor Listrik Ini Cocok untuk Emak-emak Kekinian

Rumah ini dibangun pada tahun 1918 yang memiliki luas sekitar 165 m2 dengan ukuran bangunan 9X18 meter, berbentuk persegi panjang dan atapnya berbentuk limas. 

Kediaman Bung Karno ini memiliki arsitektur perpaduan antara Eropa dan Cina yang dibangun oleh Tjang Tjeng Kwai. Tjang Tjeng Kwai sendiri adalah seorang penyalur bahan pokok untuk keperluan pemerintah kolonial Belanda di Bengkulu.

Saat Soekarno diasingkan di rumah tersebut, pemiliknya adalah seorang pedagang yang berasal dari Tionghoa bernama Lion Bwe Seng.

Untuk informasi air dari sumur rumah pengasingan Bung Karno pernah dibawa oleh Pemerintah Provinsi Bengkulu ke Ibu Kota Negara (IKN) saat acara penyatuan tanah dan air.

Bung Karno diasingkan di Bengkulu pada tahun 1938 hingga 1942. Selama diasingkan di Bengkulu, Soekarno ditemani sang istri Inggit Garnasih dan anak angkatnya Ratna Djuami.

Karena statusnya sebagai tahanan Soekarno selalu diawasi oleh polisi Belanda seperti ketika berkenalan dengan masyarakat sekitar hingga mencatat tamu yang datang ke kediaman Soekarno. M. Ali Chanafiah dan Salmiah Pane adalah beberapa orang yang sering berkunjung ke kediaman Bung Karno tersebut.

BACA JUGA:Putaran Judol Hingga Ratusan Triliun, Ini Langkah Taktis Kemenkoinfo Berantas Judol

Selama di Bengkulu Bumi Raflesia ini, Soekarno menggunakan sepeda sebagai alat transportasi untuk berkeliling dan menikmati suasana serta pemandangan di sekitar Bengkulu dan pantai. Akan tetapi, pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan khusus untuk mencegah Soekarno membonceng orang-orang dengan sepedanya.

Tujuan dari peraturan khusus yang dikeluarkan ini karena pemerintah Belanda tidak ingin Soekarno membonceng orang dengan sepedanya yang dianggap dapat membahayakan Soekarno dan orang yang diboncengnya. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan