Radarkoran.com - Kesehatan mental menjadi isu yang sering dibahas di kalangan masyarakat. Umumnya saat ini kesehatan mental banyak disuarakan oleh kalangan muda yang lebih sadar dan peduli akan kesehatan mental.
Namun kenyataannya isu kesehatan mental banyak dialami juga oleh kalangan yang lebih senior, misalnya kondisi depresi yang dialami menjelang dan setelah masa pensiun.
Masa pensiun merupakan salah satu fase transisi kehidupan di mana seseorang harus menghadapi perubahan yang signifikan dalam hidupnya.
Psikolog Industri & Organisasi Ade Goenawan menjelaskan beberapa tahapan reaksi atas suatu perubahan. Dimulai dari seseorang mengantisipasi sesuatu akan terjadi (anticipation), menghadapi kenyataan dengan kondisi yang berbeda (letting go), menghadapi segala sesuatu yang tidak lagi seperti sebelumnya (disorientation), menilai kembali atau mempunyai pandangan baru dalam menentukan situasi dan penilaian.
Pasca pensiun, Ade Goenawan menjelaskan beberapa perubahan yang menimbulkan kesehatan mental ini disebabkan ketika seseorang kehilangan rutinitas, sulit bersosialisasi, kesepian, dan mengalami post-power syndrome (kondisi seseorang membandingkan pencapaian masa lalu dengan masa kini).
Perubahan yang drastis ini sangat mempengaruhi kondisi mental seseorang hingga dapat menurunnya rasa percaya diri dan bahkan menyebabkan depresi dan perlu diperhatikan.
BACA JUGA:Kisah Jendral Bintang 3 Pilih Pensiun Lalu jadi Tukang Ayam
Berikut tips penyesuaian diri di masa kehidupan pascapensiun untuk mencegah gangguan kesehatan mental :
Pertama, temukan tujuan baru dan aktif dengan rutinitas baru
Di masa produktif, tentunya kehidupan setiap orang diwarnai dengan tujuan hidup masing-masing. Namun, saat masa pensiun datang, beberapa orang dapat merasa tidak berguna lagi atau tidak memiliki tujuan hidup. Perasaan inilah yang dapat menimbulkan stres pascapensiun dan bahkan berdampak secara lanjut pada kesehatan tubuh keseluruhan.
Bisa dimulai dengan berpikir positif dan fleksibel, meluangkan waktu untuk pengembangan diri, mengejar kembali hobi dan minat pribadi lainnya. Dengan menemukan tujuan dan rutinitas baru, tidak akan ada celah untuk munculnya pikiran-pikiran yang dapat menurunkan semangat hidup.
Kedua, perkuat ikatan sosial dan keluarga.
Hilangnya koneksi sosial berpotensi menimbulkan rasa kesepian dan sulitnya bersosialisasi serta dapat meningkatkan risiko depresi dan kecemasan. Perasaan ini bisa dicegah dengan mengambil inisiatif untuk memperkuat ikatan dengan keluarga dan ikatan sosial seperti bergabung dengan komunitas-komunitas tertentu.