Radarkoran.com - Petani kopi di Desa Daspetah Kecamatan Ujan Mas, Kabupaten Kepahiang, Propinsi Bengkulu rela bermalam di kebun untuk mencegah aksi pencurian yang bisa saja terjadi. Terlebih saat ini harga kopi di Kepahiang cukup tinggi, yaitu lebih dari Rp 73 ribu/Kg.
Di sisi lain, harga kopi yang cukup tinggi ini justru menimbulkan kecemasan tersendiri di kalangan petani. Petani khawatir naiknya harga kopi justru dimanfaatkan pelaku pencurian melancarkan aksinya. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, petani memilih untuk bermalam di kebun untuk menjaga kopi mereka dari aksi pencurian.
Seperti halnya dilakukan oleh Eko, salah satu petani kopi di Desa Daspetah. Ia memilih untuk bermalam di kebun kopi miliknya agar tidak menjadi korban pencurian. Terlebih lagi mendekati hari Raya idul Fitri atau lebaran
Apalagi Eko mengaku pernah menjadi korban pencurian kopi. Kebun yang jauh dari jalan membuat pencuri leluasa beraksi. Tak tanggung-tanggung, pencuri menggunakan tempurung kelapa untuk melepaskan biji kopi. Alhasil semua kopi baik matang dan mentah hingga ranting kopi ikut patah.
BACA JUGA:Wabup Abdul Hafizh Jabat Ketua DPD PAN Kepahiang
"Jadi maling itu pakai dua tempurung, ditangkupkan (red, ditempelkan membentuk bulat seperti kelapa) kemudian ditarik mengikuti batang kopi. Lepas semua sampai ke ranting-rantingnya," ujar Eko, Minggu 23 Maret 2025.
Akibat pengalaman menjadi korban pencurian itu, sejumlah petani kopi saat ini lebih memilih bermalam di kebun untuk menjaga hasil panen mereka. Biasanya petani tinggal di pondok, ditemani dengan satu atau beberapa ekor anjing untuk berjaga-jaga.
"Kami berharap betul kepada Pemerintah Kabupaten Kepahiang untuk menerapkan Peraturan Daerah ( Perda ) tentang jual kopi basah di Kepahiang. Kami was -was takutnya kopi dimaling. Penghasilan kami hanya berkebun kopi saja, jadi berharap betul dengan buah kopi, " harap Eko.