Kepada Opung saya memang lapor: dua kali diminta Presiden SBY untuk ikut konvensi.
Saya sendiri tidak ingin ikut konvensi. Tapi Opung terus mendorong agar saya menerima permintaan itu.
''Saya sendiri akan jadi ketua tim sukses Adinda,'' ujar Opung. ''Saya ada kantor kosong di Capital. Bisa Adinda pakai,'' tambahnya.
Opung tahu saya juga tinggal di Capital. ''Kalau ke kantor tinggal pindah lift,'' tambahnya.
Maka Robert Njoo pun ikut aktif mengurus strategi pemenangan saya. Ikut diskusi-diskusi dengan tim pemenangan dari berbagai golongan yang lain.
Saya semakin tahu Opung. Termasuk keinginan tertingginya untuk bisa mendapat tambahan bintang di masa purnawirawannya. Ia berharap Presiden SBY bisa memberinya satu bintang lagi. Biar pun itu bintang kehormatan.
Opung melihat banyak muridnya yang juga dapat tambahan bintang di kala sudah pensiun. Pun belakangan, Prabowo juga dapat tambahan bintang setelah menjabat menteri pertahanan.
Opung gagal mendapatkannya. Itu terus jadi pikirannya.
Opung pernah curhat secara terbuka soal itu. Di wilayah utara Sulawesi Selatan. Dari podium ia menunjukkan kemampuan terhebatnya dalam menyindir Pak SBY.
Hari itu ia memang memberi sambutan sebelum giliran Presiden SBY berpidato. Rupanya Opung menumpahkan seluruh kekecewaannya. Saya sampai agak risi mendengarnya.
Opung juga sangat kecewa di akhir konvensi itu: tidak diumumkan hasilnya. Ia lebih kecewa dari saya. Justru saya yang terus menyabarkan hatinya.
''Saya tidak apa-apa, Opung. Sudah takdir saya,'' kata saya pada beliau.
BACA JUGA:Tahija Wolbachia
Saya memang tidak sekali pun berkomentar soal akhir konvensi itu di media. Saya selalu bisa menerima takdir saya.
Opung adalah jenderal yang sangat intelektual. Bacaannya luar biasa. Ia juga sangat pandai berpidato. Dalam pidatonya Opung sangat pandai mengambil hati orang dari atas podium.
Opung juga selalu menjadi ketua panitia Natal Bersama. Natal secara nasional. Presiden SBY selalu hadir. Acaranya selalu meriah.