Warga Kepahiang Meninggal Akibat DBD: Begini Penjelasan Dinkes Kepahiang

Jumat 16 May 2025 - 16:47 WIB
Reporter : Jimmy Mahendra
Editor : Epran Antoni

Radarkoran.com- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu memastikan bahwa saat ini ada penurunan jumlah kasus Demam Berdarah Dangue (DBD) di Kabupaten Kepahiang. Kendati demikian, meskipun ada penurunan jumlah kasus, DBD tetap menjadi penyakit mematikan yang menghantui masyarakat Kabupaten Kepahiang ini.

Kepala Dinkes Kepahiang, Dr. H. Tajri Fauzan, S.KM, M.Si menuturkan bahwa, pada tahun ini, ada 1 warga Kabupaten Kepahiang yang dinyatakan meninggal dunia akibat terpapar DBD.

"Iya ada satu warga Kepahiang yang meninggal akibat terpapar DBD. Korban sempat dirawat, namun nyawanya tidak dapat diselamatkan," ungkap Tajri.

Menurut Tajri, jika berkaca pada tahun 2024 lalu, kasus DBD sendiri sebetulnya mengalami penurunan pesat. Hanya saja hal tersebut tetap harus diwaspadai sebab, DBD sendiri merupakan satu dari sekian banyak penyakit berbahaya.

"Memang kalau dibandingkan dengan tahun lalu angka nya menurun, tapi bukan berarti sudah tidak lagi berbahaya. Kita tetap harus mawas diri," sambungnya.

Disinggung soal fogging, Tajri menyatakan bahwa fogging masuh terus dilakukan di sejumlah titik. Hanya saja menurutnya, Fogging sendiri tidak terlalu efektif untuk mengatasi DBD ini. 

Menurut Tajri, fogging ini hanya akan membunuh nyamuk-nyamuk berukuran besar saja. Sementara jentik nyamuk, tidak akan mati karenanya.

"Fogging masih kita lakukan, cuma memang tidak terlalu efektif. Fogging itu untuk membunuh nyamuk besar saja, namun jentik nyamuk tidak mati," jelasnya.

BACA JUGA:Atasi Sampah di Kabupaten Kepahiang: Bupati Zurdi Nata Instruksikan Kelurahan Segera Bentuk KUB

Sebagai informasi, penyakit malaria dan DBD memang kerap lebih banyak muncul pada cuaca seperti ini (panas-hujan). Sebab cuaca seperti ini membuat sejumlah ruangan menjadi lembab yang mana memicu berkembangnya nyamuk pembawa penyakit malaria dan DBD. Sehingga masyarakat diminta waspada DBD menyerang. Bahkan, agar masyarakat Kabupaten Kepahiang lebih memperhatikan kondisi lingkungan di sekitar rumah.

Dalam rangka pencegahan supaya efektif masyarakat Kepahiang bisa menerapkan Menguras, Menutup dan Memanfaatkan barang daur ulang (3M), Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), mengubur wadah yang dapat menampung air. Selain itu, juga harus dilakukan pengaturan cahaya yang cukup di dalam rumah, memasang kawat anti nyamuk di ventilasi rumah serta tidur dengan menggunakan kelambu.

Umumnya seseorang akan mengalami tanda-tanda DBD dalam kurun waktu 4 - 6 hari setelah terinfeksi oleh virus dengue. Seseorang yang terkena DBD akan mengalami demam tinggi secara mendadak hingga mencapai suhu di atas 38 derajat celsius. Selain demam, penderita DBD bisa mengalami sakit kepala berat, nyeri otot, mual dan nyeri ulu hati, tanda-tanda perdarahan seperti mimisan, gusi berdarah, serta timbul bintik-bintik merah pada kulit. Demam terutama berlangsung pada 1 - 2 hari pertama, dan akan turun pada hari ke 3. Namun, antara hari ke-3 hingga hari ke-5 saat demam sedang turun inilah yang justru merupakan masa kritis DBD, di mana terjadi kebocoran cairan dari pembuluh darah yang disertai penurunan nilai trombosit sehingga memerlukan terapi cairan dan observasi ketat. 

Kategori :