Radarkoran.com- Lahir pada 1991, kehadiran Panther kala itu ibarat eksperimen. Isuzu punya target mematahkan dominasi Toyota Kijang yang pada masa itu jadi primadona.
Apalagi, citra Isuzu juga bukan sebagai spesialis mobil penumpang. Sudah cukup punya nama dalam urusan mesin diesel, mereka hanya dikenal di sektor komersial.
Sambutan negatif masyarakat Indonesia kala itu, rupanya tak membuat seorang pendiri Astra, William Soeryadjaya, gentar. Dia tetap meneruskan proyek Isuzu Panther.
Celah pasar MPV dengan bonnet yang mulai diminati, dilihat sebagai peluang oleh William. Apalagi, kala itu segmen ini baru diisi oleh Toyota Kijang yang juga berada di bawah naungan Grup Astra.
Berawal dari pemikiran itu lah, tim perencanaan dan pengembangan Isuzu Panther dibentuk. Mayoritas dari mereka orang hebat yang juga berjasa di Daihatsu.
Ini lagi yang jarang diketahui. Nama Panther dipilih tak cuma karena tren nama hewan untuk model mobil, tapi dinilai paling cocok dengan semangat Isuzu yang ingin menerkam Toyota Kijang.
BACA JUGA: Daftar Mobil SUV Diesel di Indonesia, Harga Mulai Rp400 Jutaan
BACA JUGA: Intip Cara Kerja Mesin Diesel dan Tips Perawatannya
Harapan dari penamaan itu pun cukup berhasil. Walaupun tak benar-benar menerkam, Panther cukup bikin meriang. Jadi terlaris kedua menempel Kijang mesin bensin di segmen MPV.
Mobil ini direspons baik masyarakat hingga puncaknya pada 1997, Panther berhasil terjual hingga 43.682 unit. Ini yang kemudian merangsang Kijang Diesel lahir, diikuti Mitsubishi Kuda.
Di awal kehadirannya, Isuzu Panther hadir dengan mesin berkode C223 yang punya kubikasi 2.230 cc. Mesin ini terbilang sangat sederhana, teknologi yang digunakan pun tidaklah rumit, tujuannya untuk memudahkan para penggunanya.
Sayangnya, pemakaian mesin C223 ini tidak berlangsung lama. Tepatnya hanya bertahan selama kurang lebih 5 tahun, sejak 1991 hingga 1996.