Radarkoran com-Pada tahun 2025 puncak musim kemarau diperkirakan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan terjadi pada Bulan Juli dan Agustus, tapi ternyata masih ada hujan namun tetap perlu mewaspadai.
Wakil Ketua VIII PDM Kepahiang Majelis Pemberdayaan Masyarakat dan Lembaga Resiliensi Bencana Sutarmin Hadi Santosa, S.Pd menyampaikan, kewaspadaan terhadap tiga hal pada puncak musim kemarau tahun ini, terhadap air bersih, pertanian dan kesehatan.
"Merujuk pemantauan yang dilakukan oleh BMKG, bahwa pada 2025 ini musim kemarau akan berlangsung lebih pendek dari tahun-tahun sebelumnya," ujar Sutarmin Hadi Santoso
BACA JUGA:Muhammadiyah Kabupaten Kepahiang Akan Buka SMP IT: Ini Lokasinya
Lebih lanjut, kewaspadaan yang harus dimiliki masyarakat adalah pengaruh musim kemarau pendek terhadap pertanian. Sebab terdapat beberapa jenis tanaman yang membutuhkan sedikit air, sehingga kalau terlalu banyak air tanaman tersebut akan mengalami masalah sampai dengan gagal panen.
"Tetap mengimbau masyarakat supaya tidak lengah, sebab berbagai kemungkinan bisa terjadi, polusi dan juga akan ada masalah kesehatan yang disebabkan terjadinya puncak kemarau yang waktunya tidak pasti,"ungkapnya
Sebab pada dua hari terakhir, katanya, intensitas hujan lebat terjadi hampir merata di seluruh daerah.
“Ini sudah pertengahan Agustus lewat, ternyata hujan. Padahal prediksinya itu kemarau pendek ini puncak kemarau,” sambung Sutarmin
BACA JUGA: Kapan Idul Adha 2025? Versi Pemerintah dan Muhammadiyah
Terkait dengan kekurangan air bersih di beberapa daerah yang terjadi. seperti yang terjadi di Kabupaten Sleman Jawa Tengah. Oleh karena itu, dia meminta kesadaran warga persyarikatan supaya saling bahu membahu untuk merespon masalah ini.
Salah satunya dengan menggalang dana untuk disalurkan ke daerah-daerah yang membutuhkan air bersih. Selain itu, Muhammadiyah juga mendorong untuk dilakukannya penelitian lebih mendalam untuk penerapan teknologi. Supaya masalah kekeringan air tidak terulang kembali pada masa-masa mendatang.