Setelah bayar 100 dolar itu muncul penjelasan: saya bisa mengambil tabung yang dikirim perusahaan itu di salah satu agennya di San Fransisco. Itulah tabung untuk menampung air ludah saya.
Hari pertama di San Fransisco saya ke alamat yang dimaksud. Ternyata itu sebuah minimarket. Di salah satu dinding minimarket itu terpajang banyak kotak terkunci.
Begitu kami tiba di depan kotak itu kami klik di HP. Salah satu kotak itu membuka. Ada barang di dalamnya; tabung dalam amplop.
Amplop itu saya bawa ke tempat saya menginap. Saya pun meludah ke dalam tabung. Ukuran tabungnya sebesar tabung alat suntik.
Ada penanda warna merah di tabung itu. Kalau air ludah masih belum mencapai garis merah itu harus terus meludah.
Syarat untuk meludah: satu jam sebelumnya tidak boleh makan apa pun. Agar ludah tidak tercampur sisa makanan.
Setelah jumlah ludah mencukupi, saya harus menutup tabung itu. Harus rapat. Sampai terdengar bunyi klik.
BACA JUGA:Minum Bir
Bersamaan dengan bunyi klik itu penutup tabung berlubang: satu jenis cairan mengucur dari penutup tabung tersebut. Mengucur ke atas air ludah.
Setelah penutupan tabung dirasa aman, tabung dimasukkan amplop. Kirim ke kantor pos tersedekat. Kantor pos-lah yang akan mengirimnya ke laboratorium test DNA.
Ketika mendarat di Tokyo saya terima email: ludah Anda sudah sampai di lab kami. Tunggu hasilnya. Akan dikirim lewat email: perlu waktu dua sampai tiga minggu.
Kini saya menunggu hasil test DNA itu. Mungkin minggu depan sudah tiba di email saya.
Saya berjanji: hasilnya akan langsung saya tulis untuk Anda. Tidak perlu dua bulan kemudian seperti air Zam Zam yang terlalu lama itu.(Dahlan Iskan)