Lepas Peserta Studi Tiru Pengelolaan Sampah DLHK 2024, Gubernur Rohidin Harapkan jadi Agen Perubahan

Pelepasan peserta Studi Tiru Pengelolaan Sampah DLHK 2024 yang digelar di halaman Kantor Gubernur Bengkulu pada Senin pagi, 23 September 2024--GATOT/RK

Radarkoran.com - Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah melepas 33 orang peserta studi tiru pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) 2024 yang digelar di halaman Kantor Gubernur Bengkulu pada Senin pagi, 23 September 2024.

Para peserta ini akan berkunjung ke beberapa kota besar di Indonesia, seperti Bandung, Depok, Purwokerto, dan Yogyakarta. Tujuannya adalah untuk mempelajari cara pengelolaan sampah di kota-kota tersebut, yang diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi Bengkulu.

Gubernur Rohidin dalam sambutannya menyampaikan harapannya agar para peserta yang berangkat studio tiru bisa menjadi agen perubahan di masyarakat, terutama dalam hal mengatasi persoalan sampah. 

"Kita ingin masyarakat bisa lebih bijak dalam mengelola sampah, sehingga volume sampah yang dihasilkan dari rumah tangga bisa berkurang," kata Gubernur Rohidin. 

Selain itu, pada kesempatan tersebut Gubernur Rohidin juga berpesan kepada para peserta agar selalu menjaga etika selama perjalanan. Sehingga perjalanan studi tiru yang dilaksanakan benar-benar memberikan dampak yang positif. 

BACA JUGA:Kepala DLHK Provinsi Bengkulu Dilantik

"Etika itu penting. Dengarkan dengan baik setiap informasi yang diberikan. Dengan begitu, kita bisa dinilai berharga dan menunjukkan bahwa kita menghargai orang lain," pungkasnya.

Untuk diketahui, permasalahan sampah menjadi persoalan yang pelik bagi kota-kota besar di Indonesia, termasuk di Bengkulu. Semakin hari semakin bertambah volume sampah, sedangkan ketersediaan lahan dan perluasan diperlukan investasi yang tidak kalah besarnya. Resistensi atau penolakan warga sekitar TPA (Tempat Pembuangan Akhir) tidak kalah pentingnya yang membuat permasalahn semakin pelik bagi pemerintah setempat.

Yang menjadi permasalahan yang kerap terjadi di kawasan TPA adalah ketersediaan lahan serta bau dari penumpukan sampah yang berupa gas metana ke udara, menyebabkan bukan hanya berdampak pada potensi pencemaran lingkungan, baik tanah, air dan juga mempengaruhi kualitas udara sekitar dimana penumpukan sampah terjadi.

Dengan persoalan sampah tersebut, saat ini telah banyak terbentuknya kelompok masyarakat sadar lingkungan, khususnya dalam pengelolaan sampah. Keberadaan kelompok ini tentunya diharapkan mampu menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus manifestasi dari salah satu prinsip pengelolaan sampah berkelanjutan, yaitu waste to resource melalui cara kerja ekonomi sirkular dan sampah menjadi sumber energi. 

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan