KEHEBATAN TAWAKKAL
--
Dijelaskan di dalam ayat ini tindakan Allah untuk melindungi dan menolong Ibrahim dari kekejaman kaumnya, yaitu membakar Ibrahim dalam api yang sedang berkobar-kobar.
BACA JUGA:Peduli Palestina, ASN Pemprov Bengkulu Kumpulkan Donasi
Sebagaimana diketahui bahwa Allah telah memberikan sifat-sifat tertentu bagi setiap mahluk-Nya. Sifat itu tetap berlaku baginya sebagai Sunnah Allah di dunia. Antara lain ialah api, yang bersifat panas dan membakar, sehingga logam-logam yang amat kuat pun dapat dicairkan dengan api, apalagi tubuh manusia.
Maka Allah melindungi Ibrahim dari panas api tersebut dengan cara mencabut sifat panas dan membakar, dari api yang sedang menyala sehingga Ibrahim tidak merasa panas ketika dibakar dan tidak terbakar dalam api unggun yang menyala-nyala.
Allah berfirman, “Hai api, jadilah engkau dingin, dan memberi keselamatan bagi Ibrahim.” Dengan adanya perintah Allah kepada api tersebut, maka sifatnya berubah dari panas menjadi dingin, dan tidak merusak terhadap Ibrahim sampai api itu padam. Ini menambah bukti tentang kekuasaan Allah yang seharusnya disadari oleh orang-orang kafir.
Berabad-abad setelahnya, keajaiban tawakal dan luar biasanya kalimat “Hasbiyallah wa ni’mal wakil” terjadi di masa Nabi Muhammad Saw. Tepatnya, saat beliau Saw dan para sahabatnya baru saja pulang dari perang Uhud, perang dimana umat Islam mengalami kekalahan.
Di tengah kesedihan dan rasa sakit setelah kalah di perang uhud, Nabi Muhammad Saw justru meminta para sahabat untuk kembali ikut perang karena mereka mendapat kabar bahwa Abu Sufyan ra. -saat itu belum berimna- dan kaum musyrik telah bertekad kuat untuk kembali menyerang. Tidak sekadar menyerang, tetapi hendak menghabisi umat Islam yang sedang terdesak.
Namun demikian, para sahabat merespons ancaman tidak dengan rasa takut, tetapi dengan tawakal. Mereka dengan teguh berucap: Hasbunallah wa ni’mal wakiil (Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung) (QS. Surat Ali 'Imran [3]: 173).
Syekh Wahbah Az Zuhaili mencatat dalam tafsirnya Al-Wajiz bahwa Allah justru menggoncangkan hati Abu Sufyan dan sekutunya. Disebutkan bahwa, “Allah memberikan ketakutan dalam hati Abu Sufyan dan para sahabatnya, sehingga mereka tidak jadi datang. Dan Nabi Saw bersabda: ‘Demi Zat yang memegang takdirku, sungguh aku akan tetap berangkat meskipun sendirian.’”