UMKM Bubuk Kopi Putra Adira Desa Pelangkian Butuh Dukungan Pemkab Kepahiang

Kades Pelangkian, Sugandi dan UMKM bubuk kopi Rajo Ku Kopi Tika memperlihatkan hasil olahan dan kemasan kopi yang di pasarkannya.--SUHAIMI/RK
Radarkoran.com- Salah satu unit usaha rumahan atau Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ( UMKM ) penjualan bubuk kopi asli Putra Adira di desa Pelangkian, Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang mengharapakan dukungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kepahiang. Dukungan yang diharapkan berupa, modal, fasilitas serta pelatihan dan sejumlah dukungan lainnya. Usaha penjualan bubuk kopi Cap Rajo Ku Kopi yang telah terdaftar P-IRT No 210170820260-25.
Pemilik usaha Kopi Bubuk Putra Adira, Tika mengatakan, dalam sehari memproduksi kopi bubuk 30 kilogram yang siap jual dalam kemasan. Dengan kemasan dari ukuran setengah ons, satu ons, dua ons serta satu kilogram. Jenis kopi bubuk yang dijual robusta. Proses menjadi kopi bubuk di mulai dari penjemuran buah kopi, penggilangan, pemisahan biji yang bagus lalu di goreng atau rosting.
"Kita pilih betul biji kopi yang bagus dan kering sehingga hasil bubuknya bagus dan rasa kopinya enak saat diseduh oleh konsumen. Kami sangat mengutamakan kualitas dan keaslian kopi seratus persen kami asli tidak ada campuran," kata Tika
Ia menyampaikan, ketika musim kopi saat ini tidak kesulitan mencari bahan mentahnya. Hanya saja di saat kopi mahal saat ini harus mengeluarkan modal lumayan besar. Ditambah lagi baru sudah mengalami musibah kebakaran beberapa waktu lalu. Jadinya usaha kami ini dari nol lagi.
"Dulu kami ada produk bubuk kopi rasa jahe dan pandan. Namun saat kami fokuskan dulu yang ada saja. Mungkin kedepan kita akan kembali membuka varian rasa kopi," sampai Tika
BACA JUGA: Pemdes Cirebon Baru Komitmen Pertahankan Lunas PBB P2 Sebelum Jatuh Tempo
Dijelaskan Tika, perbedaan kopi baunya dan rasanya terletak pada pengelolaan dari petani kopi, kalau kopinya digiling merah langsung dijemur rasanya beda. Sebaliknya kalau dijemur merah sudah digiling rasanya lebih enak baunya lebih harum.
" Alhamdulilah usaha kopi bubuk kita mulai kembali membaik pascamusibah. Dalam sehari kita mendapatkan omset Rp 3.600.000 bisa juga lebih. Karena perkilonya kita jual bubuk kopi kita ini Rp 120.000 perkilo. Untuk kemasannya, mulai dari setengah ons sampai dengan 1 kilogram. Dengan harga setengah onsnya Rp 6 ribu," jelasnya.
Sementara untuk pesanan atau konsumen ada dari Bengkulu, Jakarta, Bogor, Palembang, Linggau dan kota - kota lainnya melalui via online. Kalau kita jual via online habis di 5 kilogram hingga 10 kilogram.
"Usaha ini kita rintis dengan modal sendiri. Kita belajar pun otodidak melihat YouTube . Modal awal sangat besar mulai dari beli alat rosting ,bahan baku, pengemasan dan lainya. Kita berharap dari pemerintah Kepahiang memberikan kami pelatihan, bantuan alat, permodalan hingga kemasan sehingga usaha ini dapat terkenal dengan kopi Kepahiangnya," harapnya.
Disisi lain, Kades Pelangkian, Sugandi sangat terbantu masyarakat dengan adanya UMKM yang ada di desa ini menunjukan desa itu sebenarnya bisa. Namun harus di dukung bersama. Yang saat ini UMKM masih di penjualan bubuk kopi mungkin kedepan ada yang lebih lagi .
"Mungkin ke depan pengemasan lebih menarik lagi. Saya selaku kepala desa mendukung dengan adanya UMKM kopi ini. Jadi kami berharap usaha ibu Tika ini mendapat dukungan dalam sisi permodalan, alat, pelatihan serta kemasanya, " pungkas Sugandi