Khutbah Jum’at: Menyambut Ramadhan Mengingat Kematian
Ilustrasi Menyambut Ramadhan--FOTO/NET
Oleh : H. Sibuan, S.Ag. M.H.I Penyuluh Agama Islam Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kepahiang
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Takwa adalah sebaik-baik bekal untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat.Oleh karena itu, khatib mengawali khutbah yang singkat ini dengan wasiat takwa.Marilah kita semua selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata'ala dengan melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan segenap larangan.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Begitu memasuki bulan Sya'ban, para ulama kita dulu banyak yang meninggalkan berbagai kesibukan duniawi dan beralih untuk bersiap-siap menyambut bulan suci Ramadhan.Di bulan Sya'ban, mereka banyak membaca Al-Qur'an serta menunaikan zakat mal untuk membantu orang-orang mempersiapkan bekal memasuki Ramadhan.
Mereka memperbanyak puasa, dzikir dan shalat malam.Mereka menamakan Sya'ban sebagai syahrul qurra' (bulan para pembaca Al-Qur'an).
Mereka banyak merenung dan mengingat kematian serta kehidupan akhirat. Mengingat kematian dan kehidupan akhirat dapat melembutkan hati dan memotivasi diri untuk semakin giat melakukan ketaatan kepada Allah ta'ala.
Ma'asyiral Muslimin yang berbahagia,
Menjelang bulan Ramadhan, marilah kita merenungkan saat dikumpulkannya semua manusia dan jin di padang mahsyar dan akan menjalani kehidupan akhirat yang kekal abadi. Marilah kita mengingat hari saat dibangkitkannya semua makhluk.Sungguh di hari kiamat kelak terdapat penyesalan-penyesalan.
Pada saat hasyr terdapat jeritan-jeritan.Di atas jembatan shirath banyak orang tergelincir.
Di saat amal ditimbang air mata bercucuran.Di hari itu kezaliman di dunia menjadi kegelapan.Catatan amal tidak melewatkan satupun perbuatan hamba.Sebagian hamba lalu memasuki gerbang surga. Dan sebagian yang lain terjerumus ke dalam neraka. Tidak ada pemisah antara kita dan semua peristiwa di atas kecuali saat dikatakan: "Si Fulan telah meninggal."
Memang kalimat "Si Fulan telah meninggal" selalu diulang-ulang oleh banyak orang dan didengar banyak orang. Pertanyaannya, apakah kita telah merenungkan dan mengambil pelajaran?. Apakah kita sudah berintropeksi dan menambal keteledoran-keteledoran kita?. Saat ini, nama orang lain yang disebut dan diumumkan telah meninggal. Suatu saat nanti, gantian nama kita yang disebut dan diumumkan. Sudah siapkah kita menghadapinya?
Kaum Muslimin rahimakumullah,
Allah ta'ala berfirman: