Desa Tanjung Alam Kepahiang Basis Perjuangan Djafri Sidik, Si Tentara Hitam

Salah satu tugu Djafri Sidik yang berdiri sambil memegang bambu runcing simpang tiga Desa Tanjung Alam.--SUHAI/RK

Radarkoran.com - Djafri Sidik atau lebih dikenal dengan sebutan tentara hitam merupakan salah satu pahlawan kemerdekaan Indonesia di Kabupaten Kepahiang.

Tentara hitam melekat pada diri Djafri Sidik sebab di masa itu pergerakan beliau dilakukan di malam hari. Tanjung Alam adalah desa basis gerilya Djafri Sidik di masa itu.

Kades Tanjung Alam Ferry Morzoni mengatakan, Tanjung Alam adalah salah satu desa di Provinsi Bengkulu, tepatnya di Kecamatan Ujan Mas Kabupaten Kepahiang. 

Desa yang berpenduduk 1.030 jiwa ini awalnya dirintis kisaran tahun 1932 oleh perantau dari Serawai (Seluma) sehingga menjadi talang-talang, kemudian tertua perwakilan dari talang-talang bersepakat untuk membuat desa.

Tahun 1948 akhirnya para tertua perwakilan talang sepakat menemui Pangeran Jenang Kalam (Pesirah Suro) untuk meminta restu, dengan kebijaksanaannya akhirnya Pangeran Jenang Kalam memberikan restunya kepada tertua Tanjung Alam dengan hasil kesepakatan Gegap sebagai Depati (Kepala Desa) pertama.

"Tanjung Alam salah satu desa yang mampu berdiri ditengah perbedaan, hidup di tengah mayoritas tidak menghalangi untuk berkembang dan kini suku Serawai menjadi suku kedua jumlah penduduknya setelah suku Rejang. Dari hasil catatan yang saya peroleh bahwa desa Tanjung Alam sudah terpecah (mekar) menjadi 3 desa, Desa Tanjung Alam, Desa Cugung Lalang dan Kemudian Desa Air Hitam, " papar Ferry, Rabu 7 Agustus 2024.

Di Tahun 1994 tugu monumen Djafri Sidik disahkan oleh bapak Kolonel Inf. Muslihan DS Bupati Rejang Lebong (pada masa itu) dan sekarang Desa Tanjung Alam menjadi wilayah Kabupaten Kepahiang setelah pemekaran.

Setelah pemekaran itu pula tugu penghargaan ditinggalkan begitu saja, seperti tak bertuan dan tak ada yang memiliki selain masyarakat Desa Tanjung Alam tugu ini berdiri, terbukti setelah pengesahan itu hingga hari ini tugu yang mereka (masyarakat Tanjung Alam) sebut sebagai tugu perjuangan tak lagi memiliki kedua tangan.

"Mungkin karena tempat tugu  terletak di desa pedalaman, sehingga susah untuk dijangkau oleh instansi dan masyarakat luar, atas perhatian dan swadaya masyarakat setempat lah mereka berupaya untuk merawat tugu pahlawan tersebut. Tuguku menjadi ikon desa Tanjung Alam yang terletak disimpang tiga masjid Al-Muttaqin, bahkan pergerakan  Djafri Sidik (gerilya) dijadikan nama jalan sebagai penghargaan mereka kepada pahlawan tersebut " ungkapnya

Ada yang pernah menulis tentang tugu ini yang mengungkapkan ini curhatan tentang tugu tersebut : Namun tugu ku tak seindah tugu Pak Santoso yang kerap dikunjungi dan menjadi objek untuk berswa foto, bahkan tugu pak Santoso lebih dikenal dengan Taman Santoso sebab mempunyai lahan yang luas terletak di pusat keramaian Kabupaten Kepahiang.

Tak banyak yang tahu tentang keberadaan tugu ku, Bupati Kepahiang bahkan Gubernur Bengkulu berkunjung ke Tanjung Alam di tahun 2021 (dalam acara panen raya di sawah Air Merah) mereka tak melihat bahwa tugu ku sudah tak memiliki kedua siku.Bila tak ada yang ingin memiliki tugu ku, mungkin nasib tugu ku hanya sebatas itu, didirikan, disahkan lalu rata menjadi batu. Bahkan namaku hanya akan tertulis di hati masyarakat Tanjung Alam yang dulu (para pendahulu) dan akan hilang terbawa angin lalu," tulisnya. 

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan