Penataan DDTS Masuk Tahapan Penyelesaian DED

Kawasan wisata DDTS di Dusun Besar Kota Bengkulu yang akan dilakukan penataan oleh kementerian PUPR.--GATOT/RK

Radarkoran.com - Penataan lanjutan kawasan Danau Dendam Tak Sudah atau DDTS telah memasuki tahapan penyelesaian DED (Detail Engineering Desaign). Yakni dokumen desain teknis bangunan meliputi gambar teknis kawasan, spesifikasi teknis dan umum, serta volume dan biaya penataan. 

Penyelesain DED tersebut juga dibahas dalam Forum Group Discussion (FGD) I Perencanaan Penataan DDTS di Provinsi Bengkulu pada Jumat, 7 Juni 2024 bertempat di Veranda Hotel Pakubuwono, Kebayoran Baru, Jakarta. 

"Saya akan bahas dan finalisasi di Kementerian PUPR. Kita akan finalisasi DED-nya dan anggarannya juga sudah tersedia," kata Gubernur Bengkulu, Prof. Dr. H. Rohidin Mersyah, MMA pada Kamis, 6 Juni 2024 di Gedung Daerah Balai Raya Semarak. 

Dijelaskan Gubernur Rohidin, pihaknya mendorong penataan kawasan DDTS menjadi kawasan wisata alam yang berbasis budaya lokal. 

"Kita ingin memastikan kawasan DDTS ini menjadi wisata alam berbasis wisata lokal. Dengan adat lembak, tokoh-tokoh lembak, dan narasi-narasi apa yang selama ini dilakukan dan ritual budaya disekitar danau dendam itu dapat diakomodir," sampainya.

BACA JUGA:Keabsahan Pelantikan Dirut RSMY Disoalkan, PPNI dan LSM Gemawasbi Group Datangi Dewan

Ditambahkan gubernur, penataan tahap pertama kawasan DDTS sudah dilakukan oleh Pemprov Bengkulu sejak tahun 2021 lalu dengan dilakukan pembebasan lahan dengan anggaran sekitar Rp 30 miliar. Kemudian di tahun 2023 dilakukan pemindahan jalan elevated dengan anggaran sekitar Rp 80 miliar. Total APBD Provinsi Bengkulu yang telah digunakan pada kawasan tersebut sekitar Rp 115 miliar. 

Sementara itu, untuk tahap kedua, penataan kawasan DDTS akan diambil alih oleh Kementerian PUPR. Meski demikian Pemprov Bengkulu mendorong agar penataan kawasan dan bangunan di DDTS menjadi wisata alam berbasis adat dan kebudayaan lokal. 

"Sebelumnya ada ahli sosiologi budaya dari UI datang konsultasi dengan BMA. Saya minta kemarin poinnya buat story telling dan simbol-simbol yang menggambarkan budaya yang di situ, ada suku lembak dan sebagian Suku Rejang dan Serawai. Pada waktu itu kami minta timeline anggarannya, karena tanggung jawab pemprov sudah selesai untuk pembebasan lahan dan memindahkan jalan yang di sepadan danau," tutur Gubernur Rohidin. 

Disisi lain, dalam proses penataan atau revitalisasi kawasan DDTS, Gubernur Rohidin juga menekankan pentingnya memperhatikan beberapa sektor lokal dan adat kebudayaan sekitar. Seperti halnya memastikam fungsi kawasan sebagai area sumber air. 

"Maka alokasi pintu irigasinya harus pasti dan itu yang menentukan adalah masyarakat adat setempat. Dimana pintu-pintu air harus dikeluarkan dari Danau Dendam disepakati dan kemudian hari tidak ada lagi pihak-pihak lain yang merasa ditinggalkan dalam proses ini," imbuh Gubernur Rohidin. 

Kemudian dari sisi penataan bangunan, Gubernur menyebut jika pihaknya meminta dibuat tulisan danau dendam tak sudah yang cukup besar di belakang Danau. Sehingga semua orang yang meilntas kawasan dapat melihat tulisan dari segala sudut pandang.  Lalu untuk landscape juga telah disepakati jika dilihat dari udara akan terlihat pola menyerupai bunga Raflesia khas Bengkulu. 

"Kemudian yang ketiga yang disepakati menggunakan story telling tentang tokoh-tokoh lembak yang ada di sekitar Danau Dendam Tak Sudah. Dan yang keempat, ritual yang biasa dilakukan oleh masyarakat Lembak terkait dengan seperti ritual menabur ke danau untuk dibuatkan tangga turun agar setiap tahun ritual itu juga bisa dilakukan," sampai Gubernur Rohidin. 

Berikutnya wilayah yang akan direvitalisasi yakni kawasan UMKM yang akan dibuat satu wilayah tersendiri. Termasuk untuk biota endemik yakni anggrek pensil dan kantong semar di kawasan DDTS juga akan dibuat lokasi tersendiri.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan