Mendapat skor 13, Eritrea menduduki peringkat ketujuh dalam Indeks Persepsi Korupsi (CPI) 2024. Hal tersebut karena negara ini mengalami politik satu partai, di mana kekuasaan dijalankan oleh orang-orang terpilih saja.
Ketidakadilan sumber daya, kurangnya transparansi urusan pemerintahan, hingga pembatasan kebebasan pers, hanya semakin memperburuk keadaan di negara ini.
8. Guinea Ekuatorial
Meskipun termasuk salah satu negara dengan cadangan minyak terbanyak di Afrika, Guinea Ekuatorial mengalami kasus korupsi yang sangat tinggi sehingga membuatnya berada di peringkat kedelapan dalam Indeks Persepsi Korupsi (CPI) dengan skor 13.
Ketidakmerataan sumber daya di negara, menyebabkan kesenjangan sosial dan kemiskinan yang semakin buruk. Ditambah, hampir sebagian besar sumber daya dikelola oleh elit penguasa sehingga hanya sedikit masyarakat sipil yang bisa hidup layak di negara ini.
9. Nikaragua
Negara asal Amerika Tengah, Nikaragua menempati peringkat kesembilan dengan skor CPI 14. Ketidakstabilan politik dan praktik otoriter yang terjadi di negara ini menyebabkan berkurangnya lembaga-lembaga demokrasi, beserta kepercayaan masyarakat.
Korupsi terjadi hampir di setiap tingkat pemerintahan. Sering kali sistem peradilan dimanipulasi untuk keuntungan politik, yang berfungsi sebagai pembatasan akuntabilitas dan keadilan.
Alhasil, kebebasan publik dan pers untuk bersuara atau melakukan perlawanan terhadap praktik korupsi sangat dibatasi.
10. Sudan
Dengan skor 15 dari 100, Sudan menduduki peringkat kesepuluh sebagai negara paling korup di dunia. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, meliputi konflik yang terus-menerus, kurangnya tata kelola, dan lemahnya hukum peradilan, menyebabkan meluasnya korupsi di sana.
Kondisi negara yang rapuh ini juga mengakibatkan praktik korupsi merayap ke berbagai sektor, mulai dari pemerintahan hingga bisnis. Akibatnya, berdampak buruk pada pertumbuhan ekonomi dan fasilitas publik.