Radarkepahiang.bacakoran.co - Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Tebat Karai Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu rutin melaksanakan pembinaan terhadap organisasi islam, salah satunya Muslimat Nahdatul Ulama yang ada di wilayahnya. Pembinaan terhadap organisasi Islam dalam melaksanakan kegiatan keagamaan di tengah masyarakat.
Kepala KUA Kecamatan Tebat Karai, Ali Akbar, S.Hi, MH mengatakan, kegiatan ini adalah tanggung jawab moral jajaran KUA Tebat Karai.
Tidak hanya tugas kepala Kantor Urusan Agama, kata Ali, kegiatan tersebut juga termasuk tugas dan fungsi Penyuluh Agama Islam dalam wilayah binaannya.
Karena penyuluh agama wajib berada di tengah-tengah masyarakat dan kelompok organisasi islam untuk melakukan pembinaan.
"Kami dari KUA Kecamatan Tebat Karai mendorong kelompok organisasi masyarakat islam dapat meningkatkan kegiatan keagamaan bersama dengan masyarakat, seperti Muslimat NU yang merupakan kelompok organisasi islam perempuan. Di dalam islam, perempuan itu tiang agama. Artinya, perannya sangat besar untuk keberlangsungan suatu bangsa, jangan menganggap remeh perempuan," kata Ali Akbar, Jum'at 26 Januari 2024.
Dia menyampaikan beberapa materi, di antaranya mengenai betapa pentingnya para wanita mempersiapkan ilmu pengetahuan baik dunia maupun agama. Karena generasi hebat lahir dari sebuah keluarga yang tepat. Kemudian menjadi masyarakat yang hebat, selanjutnya menjelma menjadi negara yang kuat.
BACA JUGA:Upayakan Catin Samawa, KUA Ujan Mas Rutin Lakukan Pembinaan Pranikah
"Agar para wanita betul-betul mendidik, mengawasi anak-anaknya, apalagi di zaman yang serba modern sekarang ini. Jangan sampai masa depan anak-anak dilindas oleh pengaruh kemajuan," kata Ali.
Sementara itu, Ketua Muslimat NU Kecamatan Tebat Karai, Hj. Sustrawati menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada jajaran KUA yang selalu memberikan bimbingan serta penyuluhan agama di kecamatan Tebat karai, semoga kita semua selalu di lindungi oleh Allah SWT.
Dia menjelaskan bahwa, Muslimat NU adalah satu organisasi keagamaan terbesar di Indonesia Nahdlatul Ulama (NU) yang lahir pada tanggal 31 Januari 1926 merupakan organisasi yang pada mulanya hanya beranggotakan kaum laki-laki.
Melihat fenomena ini, papar Hj. Sustrawati, kala itu Ny. Djunaisih sebagai perintis organisasi Muslimat NU memiliki gagasan bahwa dalam agama islam tidak hanya laki-laki saja yang harus dididik berkenaan dengan ilmu agama, melainkan perempuan juga harus dan wajib mendapat didikan yang selaras dengan tuntutan dan kehendak agama Islam.
"Meskipun gerakan yang diprakarsai ini sarat dengan pengaruh tradisi dan budaya patriarki, namun kaum perempuan pada masa itu berhasil bangkit dan menyuarakan pentingnya perempuan berorganisasi dan berperan aktif tidak hanya di wilayah domestik," jelasnya.
Untuk diketahui, Muslimat NU pada mulanya bernama NOM (Nahdlatoel Oelama Moeslimat) yang kemudian menyelenggarakan rapat umum NOM pada Kongres NU ke-14 tahun 1939 di Magelang. Pada kesempatan itu dihadiri oleh enam perempuan NU dari sejumlah wakil daerah untuk menyampaikan gagasan-gagasannya.
Mereka adalah Ny. Saodah dan Ny. Gan Antang keduanya dari Bandung, Ny. Badriyah dari Wonosobo, Ny. Sulimah dari Banyumas, Ny. Istiqomah dari Parakan dan Ny. Alfiyah dari Kroya Cilacap. Inti dari pidato yang disampaikan oleh perempuan-perempuan NU tersebut adalah diperlukan adanya pergaulan di dalam perkumpulan untuk mendukung tugas penting para perempuan.
Karena mereka memegang peran penting dalam mencerdaskan bangsa. Oleh sebab itu, diperlukan membentuk organisasi perempuan di dalam Organisasi Islam Tradisional tersebut (Aboebakar 615).