Bulan Terlihat Kembar, Ini Waktu Penampakannya dan Penjelasannya
Akan ada penampakan bulan kembar yang terlihat dari berbagai belahan bumi. --FOTO/ILUSTRASI
Radarkoran.com - Belakangan ini sedang ramai diperbincangkan mengenai fenomena bulan kembar yang akan terjadi pada 29 September 2024. Apakah nanti benar-benar bakal ada dua bulan? Dari laman resmi National Aeronautics and Space Administration (NASA), bulan punya beragam bentuk, jenis, dan ukuran. Bahkan, beberapa di antaranya memiliki samudera tersembunyi dan atmosfer tersendiri.
Jumlah bulan di tata surya kita saat ini adalah 293 dan tersebar di semua planet. Adapun 293 bulan tersebut ada 1 di Bumi, 2 di Mars, 95 di Jupiter, 146 di Saturnus, 28 di Uranus, 16 di Neptunus, dan 5 di Pluto.
Namun, jika rumor yang beredar mengenai bulan kembar benar-benar nyata, tentunya, jumlah bulan kepunyaan Bumi akan bertambah. Apakah benar demikian? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.
Dari situs Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), istilah 'bulan kembar' sejatinya kurang tepat. Pasalnya, benda yang oleh beberapa pihak dianggap sebagai bulan tersebut ternyata adalah asteroid.
Pada momen-momen tertentu, benda-benda langit bisa saja masuk dan terjebak gravitasi bumi. Tatkala terjebak, benda tersebut bisa jadi akan mengelilingi bumi. Hal ini dijelaskan langsung oleh Thomas Djamaluddin, peneliti utama BRIN.
"Bulan adalah satu-satunya satelit alami Bumi yang ukurannya besar dan terlihat dengan mata telanjang. Namun, pada periode tertentu, objek lain seperti asteroid dapat terperangkap dalam gravitasi Bumi dan sementara waktu mengelilingi Bumi. Objek ini sering disebut sebagai 'bulan mini' atau 'mini moon'," jelasnya.
BACA JUGA: Soal Fenomena Bulan Kembar, Begini Penjelasan BRIN
Pada penghujung September 2024, sebuah asteroid dengan kode 2024 PT5 bakal terperangkap dalam medan gravitasi bumi. Benda luar angkasa satu ini akan terjebak selama rentang waktu 29 September-25 November 2024.
PT5 biasanya mengorbit matahari sebagai bagian dari sabuk asteroid kecil yang mengikuti Bumi (biasa dikenal dengan nama sabuk Arjuna/Arjuna belt). Hal ini dijelaskan langsung oleh Carlos de la Fuente Marcos.
"Objek yang akan mengunjungi kita termasuk dalam sabuk asteroid Arjuna, sabuk asteroid sekunder yang terbuat dari batuan angkasa yang mengikuti orbit yang sangat mirip dengan Bumi pada jarak rata-rata ke matahari sekitar 93 juta mil (150 juta kilometer)," ujar profesor dari Universidad Complutense de Madrid tersebut.
Sayangnya, fenomena menarik ini akan sangat sulit untuk diamati. Pasalnya, ia punya ukuran yang sangat kecil. Lebar asteroid satu ini hanya sekitar 10 meter atau 37 kaki. Bandingkan dengan bulan yang punya diameter sepanjang 2,159 mil. Artinya, ukuran bulan 308.108 kali lebih besar dibandingkan asteroid tersebut!
"Objek tersebut terlalu kecil dan redup untuk teleskop amatir dan teropong biasa. Namun, objek tersebut berada dalam kisaran kecerahan teleskop biasa yang digunakan oleh astronom profesional. Sebuah teleskop dengan diameter minimal 30 inci ditambah detektor CCD atau CMOS diperlukan untuk mengamati objek ini. Teleskop 30 inci dan mata manusia di belakangnya tidak akan cukup," pungkas Marcos.