Banyak PLTS Terbengkalai, Pemanfaatan Sumber Energi Bersih di Bengkulu Masih Jadi Perhatian
SEMINAR : Kegiatan Seminar Tata Kelola Pembangkit Listrik Energi Bersih bertemakan Kontribusi energi bersih berbasis komunitas dalam transisi energi di Indonesia pada Jumat 20 September 2024 di salah hotel kawasan Pantai Panjang Kota Bengkulu--GATOT/RK
Radarkoran.com - Upaya transisi energi dan pemanfaatan energi terbarukan sehingga bauran energi terbarukan mencapai paling sedikit 34 persen dari total pembangkitan listrik pada tahun 2030 sepertinya tidak mampu dioptimalkan di wilayah Bengkulu. Hal ini lantaran banyak sumber energi bersih yang termanfaatkan dengan baik.
Ketua Kanopi Hijau Indonesia, Ali Akbar pada Seminar Tata Kelola Pembangkit Listrik Energi Bersih bertemakan 'Kontribusi energi bersih berbasis komunitas dalam transisi energi di Indonesia' pada Jumat 20 September 2024 dan dihadiri puluhan peserta menuturkan, dari hasil kajian secara mendalam yang dilaksanakan oleh Kanopi Hijau Indonesia, ada 4 Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang dibangun di Provinsi Bengkulu oleh pemerintah melalui proyek Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) ditemukan dalam keadaan terbengkalai.
"Hasil kajian secara mendalam yang dilaksanakan oleh Kanopi Hijau Indonesia, ada 4 PLTS sebagai sumber energi terbarukan yang telah terbengkalai," kata Ali Akbar.
PLTS yang terbengkalai dan tidak termanfatkan dengan baik ini ada di Desa Sumber Makmur Kabupaten Mukomuko yang dibangun tahun 2015, mulai beroperasi tahun 2016 lalu baterainya meledak dan mati total pada akhir tahun 2018. Lalu di PLTS Gajah Makmur yang juga di Kabupaten Mukomuko dibangun tahun 2016, pada akhir 2017 mati mendadak.
BACA JUGA:4 PLTS di Bengkulu Terbengkalai, Sumber Energi Bersih Masih Diabaikan
Kemudian PLTS yang ada di desa Banjarsari di Pulau Enggano Kabupaten Bengkulu Utara yang dibangun tahun 2014, mulai beroperasi 2015, lalu mati total setelah disambar petir pada tahun 2018.
Dan terakhir di PLTS Kahyapu yang juga di Pulau Enggano Bengkulu Utara dibangun tahun 2015, mulai beroperasi pada tahun 2016 setelah berupaya secara mandiri guna memperbaiki kerusakan akhirnya pada akhir 2023 PLTS ini juga mengalami nasib yang sama, yakni mati total.
Ali menambahkan, secara keseluruhan matinya PLTS di 4 wilayah Ini disebabkan oleh tim pengelola pembangkit yang legalitasnya ditandatangani oleh Kepala Desa tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengelola pembangkit tersebut dengan baik.
Walaupun demikian, bukan tanpa upaya, tim pengelola juga telah berusaha untuk memperbaiki dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap arus listrik pada setiap komponen. Pasca itu mereka melaporkannya ke pihak yang bertanggung jawab atas keselamatan pembangkit tersebut, namun tidak ada tindak lanjutnya.
"Sayangnya pihak yang bertanggungjawab seperti fasilitator desa, perusahaan penyedia tidak memberikan penyelesaian atas matinya ke 4 PLTS tersebut," ujar Ali.
Sementara itu, Inspektur Ketenagalistrikan Muda Dinas ESDM Provinsi Bengkulu, Febrian Syaferi yang hadir dalam kegiatan seminar turut mengakui terkait kerusakan PLTS di wilayah Bengkulu tersebut.
BACA JUGA: BKD Akan Usulkan Nama Plt Kepala Bapenda Provinsi Bengkulu
"Semua atau 100 persen PLTS yang dibangun oleh Kementerian ESDM di Provinsi Bengkulu yakni di Kabupaten Bengkulu Utara, Mukomuko, Kepahiang, dan Kaur tidak bisa beroperasi karena rusak,’’ ungkap Febrian Syaferi.
Ia menyebut, terkait kerusakan PLTS tersebut telah disampaikan ke Kementerian ESDM untuk ditindaklanjuti upaya yang dapat dilakukan, termasuk mengatasi persoalan SDm yang dibutuhkan untuk operasional PLTS.