Hingga April Ada 3.429 Kasus Diare dan 729 Kasus Tifus Ditemukan di Bengkulu
Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bengkulu, Ruslian, SKM, M.Si--GATOT/RK
Radarkoran.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bengkulu menyebut, selain kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), terdapat dua penyakit lainnya yang saat ini cukup mengkhawatirkan di Bengkulu yakni kasus diare dan demam Tifoid atau tifus.
Tercatat, hingga Bulan April ini, Dinkes Provinsi Bengkulu telah menemukan 3.429 kasus diare dan kasus Tifus sebanyak 729 kasus.
Dari sebanyak 3.429 kasus diare yang ditemukan di Provinsi Bengkulu tersebut, kasus temuan dan penyebaran tertinggi terdapat di wilayah Kota Bengkulu, yakni sebanyak 719 kasus. Kemudian disusul Kabupaten Rejang Lebong 597 kasus dan Mukomuko sebanyak 415 kasus.
"Untuk daerah tertinggi itu di 3 wilayah itu. Pertama Kota Bengkulu, lalu disusul oleh Kabupaten Rejang Lebong dan Mukomuko," ungkap Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bengkulu, Ruslian, SKM., M.Si.
Sedangkan untuk kasus temuan dan penyebaran Tifus, hingga bulan april ini terdapat 729 kasus dengan sebaran dan temuan kasus paling banyak di Bengkulu Utara dengan jumlah sebanyak 173 kasus, disusul Rejang Lebong 158 kasus, dan Lebong 121 kasus.
BACA JUGA:GAWAT! Pasien RSUD Kepahiang Didominasi Sakit DBD, Jumlahnya Sudah Puluhan
Dikatakan Ruslian, pasien kasus diare dan tifus sempat mengalami lonjakan pada Maret lalu yang menyebabkan adanya keterbatasan bed atau kasur yang disediakan di setiap rumah sakit di Kota Bengkulu.
"Bulan lalu ada kabar penuhnya pasien rumah sakit di kota. Bukan karena kasus DBD saja, namun juga dua kasus ini," sampainya.
Lebih jauh dikatakan Ruslian, kasus diare dan tifus juga harus ditangani dengan baik. Mengingat jika tidak dilakukan penanganan dengan baik akan berdampak buruk dan akan berakhir dengan hal-hal yang tidak diinginkan, bahkan juga dapat berujung kematian.
Selain itu, pencegahan kasus agar tidak terjadi juga harus dapat dioptimalkan. Terutama menjaga kebersihan diri maupun lingkungan, serta melakukan gerakan hidup bersih dan sehat (Germas). Karena salah satu faktor yang mempengaruhi diare dan demam tifoid adalah lingkungan dan perilaku yang dilakukan manusia yang tidak bersih dan sehat.
"Tentunya dalam upaya pencegahan, selain lingkungan, diri kita juga harus melakukan pola hidup sehat," imbuhnya.
Lebih lanjut, walaupun penanganan dua penyakit ini bisa dilakukan secara mandiri sebelum ke rumah sakit. Ruslian mengimbau kepada masyarakat, jika menderita diare dan sudah terjadi lebih dari 3 kali BAB sehari, maka harus banyak minum air putih atau membuat larutan gula garam sendiri seperti yang didapatkan di rumah. Hal itu bertujuan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.
"Jika sudah makan obat secara mandiri dan rutin, tetapi tidak sembuh. Maka harus segera ke dokter ataupun ke Puskesmas," imbaunya.
BACA JUGA:Sudah 7 Meninggal Dunia, Dinkes Provinsi Bengkulu Imbau Waspada DBD